Dialektika dan Materialisme Historis Karl Marx serta Tindakan Sosial, Struktur Sosial, dan Birokrasi Max Weber

Dialektika dan Materialisme Historis Karl Marx serta Tindakan Sosial, Struktur Sosial, dan Birokrasi Max Weber

A.    Dialektika dan Materialisme Historis Karl Marx
Pemikiran G.W.F. Hegel ( 1770 – 1831 ) merupakan pemikiran dominan yang memengaruhi Karl Marx. Hegel, menurut Ball,”Sulit bagi kita memahami seberapa besar pengaruh Hegel terhadap pemikiran Jerman di perempat kedua abad 19. Sebagian besar orang terpelajar Jerman termasuk Marx mempelajari filsafat sejarah, politik dan kultur dalam kerangka pemikiran Hegel “ ( 1991 : 25 ). Pendidikan Marx di Universitas Berlin dibentuk oleh gagasan Hegel dan oleh perpecahan yang berkembang antara pengikut Hegel seteleh kematiannya. “ Hegelian Tua” terus menganut gagasan gurunya, sedangkan Hegelian Muda, meski masih berkarya menurut Tradisi Hegelian, mengktitik berbagai segi sistem filsafat Hegel.
Dua konsep yang mencerminkan esensi filsafat Hegel adalah dialektika dan idealisme ( hegel 1807 / 1967 : 821 / 1967 ), Dialektika adalah cara berfikir dan citra tentang dunia. Sebagai cara berpikir, dialektika menekankan arti penting dari proses, hubungan,, dinamika, konflik dan kontradiksi cara berpikir yang lebih dinamis. Disisi lain, dielektika adalah pendangan bahwa dunia bukan tersusun dari struktur yang statis, tetapi terdiri dari proses, hubungan, dinamika, konflik dan kontradiksi. Meski gagasan dialektika dihubungkan dengan Hegel, namun ia sudah ada dalam filsafat sejak dulu. Marx yang terdidik dalam tradisi Hegelian, mengakui arti penting dialektika. Namun, ia mengkritik beberapa aspek dari cara yang dipakai Hegel. Misalnya, Hegel cenderung menerapkan dialektika hanya pada dunia gagasan, sedangkan Marx merasa bahwa dialektika dapat diterapkan pula pada aspek kehidupan yang lebih bersifat material seperti pada aspek ekonomi.
Hegel juga selalu dikaitkan dengan filsafat idealisme yang lebih menekankan pentingnya pikiran dan produk mental ketimbang kehidupan material. Yang penting bagi kehidupan fisik dan material adalah definisi sosial, bukan kehidupan itu sendiri. Dalam bentuknya yang ekstrem, idealism menegaskan bahwa hanya konstruksi pikiran dan psikologislah yang ada. Beberapa orang idealis yakin bahwa mental mereka akan tetap seperti biasa meski kehidupan sosial dan fisik sudah tidak ada lagi. Idealis tak hanya menekankan pada proses mental, tetapi juga pada gagasan yang dihasilkan oleh proses mental itu.
Menurut pendekatan Dialektika Hegel, kontradiksi berkembang antara keadaan manusia sebagaimana adanya dan keadaan yang mereka rasakan seharusnya ada. Penyelesaian kontradiksi ini terletak dalam perkembangan kesadaran individu mengenai tempatnya dalam ruh masyarakat yang lebih luas. Menurut pendekatan dialektika Hegel, individu berkembang mulai dari memahami sesuatu ke memahami diri sendiri dan kemudian memahami tempat mereka dalam konteks yang lebih luas.
Feuerbach ( 1804 – 1872 ) adalah jembatan penting yang menghubungkan antara hegel dan Marx. Sebagai Hegelian Muda, Feuerbach banyak mengkritik Hegel, diantaranya terhadap penekanan berlebihan hegel pada kesadaran dan semangat masyarakat. Feuerbach menerima filsafat matrealis dan karenanya ia menegaskan bahwa yang diperlukan adalah meninggalkan idealism subjek Hegel untuk kemudian memusatkan perhatian bukan pada gagasan, tetapi pada realitas material kehidupan manusia. Dalam mengkritik Hegel ia menekankan pada agama. Menurut Feuerbach, tuhan adalah esensi kehidupan manusia yang mereka proyeksikan menjadi sebuah kekuatan impersonal.
Menurut Feuerbach masalah keyakinan agama seperti itu harus diatasi dan kelemahannya itu harus dibantu dengan filsafat matrealis yang menempatkan manusia ( buka agama ) menjadi objek tertinggi diri mereka sendiri, menjadi tujuan didalam diri mereka sendiri. Filsuf matrealis mendewakan manusia nyata, bukan gagasan yang abstrak seperti agama. Marx, Hegel dan Feuerbach, Marx dipengaruhi oleh dan sekaligus mengkritik Hegel dan Feuerbach. Mengikuti Feurbach,  Marx mengkritik kesetiaan Hegel tehadap filasafat idealis. Marx berpendirian demikian bukan hanya karena ia mengant orientasi matrealis tetapi juga karena minatnya dalam aktivitas praktis. Fakta sosial, seperti kekayaan dan Negara, oleh hegel dikatakan lebih sebagagi gagasan ketimbang sebagai sesuatu yang nyata sebagai kesatuan material. Pendirian Marx sangat berbeda. Ia menyatakan bahwa masalah kehidupan modern dapat dirujuk ke sumber materialnya yang riil (misalnya, struktur kapitalisme). Karena itu penyelesaiannya hanya dapat ditemukan dengan menjungkirbalikan struktur kapitralisme itu melalui tindakan kolektif sejumlah besar orang (Marx dan Engels, 1845 / 1956 : 254). Sementara hegel meletakkan “ dunia diatas kepalanya “ (ia memusatkan perhatian pada kesadaran bukan pada kehidupan material yang nyata), Marx benar – benar meletakkan dialektikanya dalam landasan material.
Marx mendukung kritik Feuerbach terhadap sejumlah pemikiran Hegel ( misalnya, materialisme dan penolakannya terhadap ke abstrakan teori hegel), tetapi ia jauh dari puas terhadap pendapat Feuerbach sendiri. Feuerbach memusatkan perhatian pada kehidupan keagamaan, sedangkan Marx yakin bahwa seluruh dunia sosial, dan khususnya kehidupan ekonomilah yang harus dianalisis. Meski Marx menerima materialisme Feuerbach, ia merasa bahwa Feuerbach terlalu jauh memusatkan perhatian pada sisi non dialektis kehidupan materi. Feuerbach telah gagal memasukkan dialektika selaku sumbangan pemikiran Hegel terpenting kedalam orientasi materialisme. Terakhir, Marx menyatakan bahwa Feuerbach, seperti kebanyakan filsuf lalinnya, gagal menekankan praksis ( praxis ).
Marx memungut apa yang dianggapnya unsure terpenting dari dua pemikir itu, dialektika Hegel dan materialisme Feuerbach dan meleburnya menjadi orientasi filsafat sendiri, yakni materialisme dialektika yang menekankan pada hubungan dialektika dalam kehidupan material. Materialisme marx dan penekanannya pada sector ekonomi menyebabkan pemikiran sejalan dengan pemikiran kelompok ekonom politik ( seperti Adam Smith dan David Ricardo ). Marx sangat tertarik terhadap pendirian para ekonom politik itu. Ia memuji premis dasar mereka yang menyatakan bahwa tenaga kerja merupakan sumber seluruh kekayaan. Pada dasarnya premis inilah yang menyebabkan Marx merumuskan teori niali tenaga kerja. Kapitalis melakukan muslihat sederhana dengan membayar upah tenaga kerja kurang dari yang selayaknya mereka terima, karena mereka menerima upah kurang dari nilai barang yang sebenarnya mereka hasilkan dalam suatu periode bekerja. Nilai surplus ini, yang disimpan dan di investasikan kembali oleh kapitalis, merupakan basis dari seluruh sistem kapitalis. Sistem kapitalis tumbuh melalui tingkatan eksploitasi terhadap tenaga kerja yang terus menerus meningkat ( dan karena itu jumlah nilai surplus pun terus meningkat ) dan dengan menginvestasikan keuntungan untuk mengembangkan sistem.
Marx juga dipengaruhi oleh para ekonom politik yang melukiskan kehidupan sistem kapitalis dan eksploitasi kapitalis terhadap kaum buruh. Tetapi, ketika mereka melukiskan kejahatan kapitalisme, Marx mengecamnya karena dia menganggap mereka hanya melihat kejahatan ini sebagai unsure kapitalisme yang tak terelakan. Marx meneliti semua dukungan umum mereka terhadap kapitalisme dan cara mereka mendesak buruh bekerja untuk mencapai kesuksesan ekonomi di dalam perusahaan kapitalis. Teori Marx, secara garis besarnya saja, dapat dikatakan bahwa Marx menawarkan sebuah teori tentang masyarakat kapitalis berdasarkan citranya mengenai sifat mendasar manusia. Marx yakin bahwa manusia pada dasarnya produktif, artinya untuk bertahan hidup manusia perlu bekerja di dalam dan dengan alam. Dengan kata lain manusia pada hakikatnya adalah makhluk sosial. Mereka perlu bekerja bersama untuk menghasilkan segala sesuatu yang mereka perlukan untuk hidup. Kapitalisme pada dasarnya adalah sebuah struktur atau lebih tepatnya serangkaian struktur yang membuat batas pemisah antara seorang individu dan proses produksi, produk yang diproses dan orang lain, dan akhirnya juga memisahkan dari individu itu sendiri.
Marx sebenarnya sedikit sekali memimpikan keadaan masyarakat yang di impikkan pemikir sosialis utopian ( Lovell, 1992 ). Ia lebih memikirkan upaya untuk membantu mematikan kapitalisme. Ia yakin bahwa kontradiksi dan konflik di dalam kapitalisme menurut dialektika akan menyebabkan kehancurannya, tapi ia tak berpikir bahwa prosesnya tak terelakan. Untuk menciptakan sosialisme, orang harus bertindak pada waktu dan dengan cara yang tepat. Kapitalis mempunyai sumberdaya yang sangat besar yang dapat digunakan untuk mencegah munculnya sosialisme tetapi mereka dapat dikuasai melalui tindakan bersama dari kaum ploletariat yang mempunyai kesadaran kelas.
Sosialisme menurut pengertian paling mendasar adalah suatu masyarakat dimana mula–mula orang akan mendekati citra ideal Marx tentang produktivitas. Dengan bantuan teknologi modern orang dapat berinteraksi dengan alam dan dengan orang lain secara selaras untuk menciptakan segala sesuatu yang mereka butuhkan untuk hidup.
                                                 

B.  Tindakan Sosial
Tindakan atau aksi berarti perbuatan atau sesuatu yang dilakukan. Secara sosiologis, tindakan artinya seluruh perbuatan manusia yang dilakukan secara sadar atau tidak disadari, sengaja atau tidak disengaja yang mempunyai makna subjektif bagi pelakunya. Didalam sosiologi, tindakan sosial banyak dikemukakan oleh Max Weber (1864-1920) seorang ahli sosiologi Jerman, dimana tindakan sosial dimulai dari tindakan individu atau perilaku individu dengan perilaku oang lain, yang diorientasikan pada hasil tindakan tersebut, sehingga dapat dipahami secara subjektif, maksudnya setiap tindakan sosial yang dilakukan seseorang akan memiliki maksud atau makna tertentu.
Jadi tindakan sosial pada diri seseorang baru terjadi apabila tindakan tersebut dihubungkan dengan orang lain. Tindakan sosial yang dimulai dari tindakan indidu-individu memiliki keunikan atau ciri tersendiri.
1.      Ciri–ciri Tindakan Sosial
 Bentuk tolak dari konsep dasar tentang tindakan sosial dan antar hubungan sosial, maka terdapat lima ciri pokok yang menjadi sasaran sosiologi, yaitu:
a.       Tindakan manusia yang menurut si aktor mengandung makna subjektif, hal ini meliputi tindakan nyata.
b.      Tindakan nyata yang bersifat membatin sepenuhnya dan bersifat subjektif.
c.       Tindakan yang berpengaruh positif dari suatu situasi, maka tindakan tersebut akan diulang.
d.      Tindakan itu diarahkan pada seseorang atau pada individu.
e.       Tindakan itu memperhatikan tindakan individu lain dan terarah pada orang atau individu yang dituju.

2.       Faktor Pendorong Melakukan Tindakan Sosial
Manusia merupakan makhluk yang tidak akan bisa hidup tanpa manusia lain, sebab secara biologis manusia adalah makhluk yang paling lemah. Sejak dilahirkan ke dunia, manusia mempunyai dua hasyat atau keinginan pokok yaitu keinginan untuk menjadi satu dengan manusia lain di sekitarnya (masyarakat) dan keinginan untuk menjadi satu dengan lingkungan alam di sekitarnya. Untuk memperoleh kedua hasrat tersebut, manusia menggunakan akalnya ( pikiran, perasaan, dan kehendak). Menyadari kelemahan dan kekurangannya dalam menyesuaikan diri serta menghadapi tantangan alam yang tidak mungkin dilakukan secara sendiri-sendiri atau perorangan, manusia menghimpun diri dan mengelompokan dirinya dengan manusia lain yang kemudian disebut masyarakat.

3.      Bentuk–bentuk Tindakan Sosial
Pada dasarnya tindakan manusia, baik sebagai individu maupun makhluk sosial terdiri dari dua tindakan pokok yaitu tindakan lahiriah dan tindakan batiniah, sebagai berikut:
1.      Tindakan lahiriah
Tindakan lahiriah adalah tata cara bertindak yang tampak atau dapat dilihat dan cendeung ditiru secara berulang – ulang oleh banyak orang.
2.      Tindakan batiniah
Tindakan Batiniah adalah cara berfikir, berperasaan, dan berkehendak yang diungkapkan dalam sikap dan bertindak, dilakukan berulang kali dan di ikuti oleh banyak orang. Di dalam kehidupan masyarakat, kita dapat mengenali beberapa pola tindakan bathiniah yang terdiri dari bantuk – bentuk  sebagai berikut:

a.       Prasangka (prejudice)
Prasangka adalah anggapan atau penilaian terhadap suatu fenomena tanpa di tunjang dengan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan.
b.      Sikap sosial (sosial attitude)
Sikap sosial adalah suatu bentuk pola perilaku lahiriah dan bathiniah terhadap fenomena atua gejala yang mempunyai arti sosial.
c.       Pendapat umum (publik opinion)
Pendapat umum adalah suatu komposisi pikiran masyarakat yang berpola dan dibentuk dari beberapa golongan atau kelompok.
d.      Propagan
Propagan adalah suatu mekanisme kegiatan yang dilakukan dengan cara mempengaruhi massa atau publik agar mau untuk menerima pola fikiran tertentu. Pada dasarnya tindakan sosial dapat dibedakan menjadi empat tipe tindakan berdasarkan tingkat kemudahan untuk dipahami sebagai berikut:
e.       Rasionalitas instrumental.
Merupakan tindakan sosial murni, dimana tindakan tersebut dilakukan dengan memperhitungkan kesesuaian antara cara yang digunakan dan tujuan yang akan dicapai ( bersifat rasional).
f.       Rasionalitas berorientasi nilai.
Tindakan itu dilakukan dengan memperhitungkan manfaatnya, tetapi tujuan yang dicapai tidak terlalu dipetimbangkan yang penting tindakan terbut baik dan benar menuut penilaian masyarakat.
g.      Tindakan afektif.
Tindakan ini dilakukan dengan dibuat – buat  yang didasari oleh perasaan atau emosi dan kepura–puraan  seseorang.
h.      Tindakan tradisional
Tindakan ini didasarkan atas kebiasaan-kebiasaan dalam mengerjakan sesuatu di masa lalunya atau yang dilakukan oleh orang-orang terdahulu, tanpa pehitungan secara matang, dan sama sekali tidak rasional.

C.  Struktur Sosial
Koentjoroningrat menjelaskan bahwa struktur sosial adalah ke rangka yang dampak menggambarkan kaitan berbagai unsur dalam masyarakat. Sementara itu, Soelaeman B. Taneko menjelaskan bahwa struktur sosial adalah keseluruhan jalinan antara unsur unsur sosial yang pokok yakni kaidah – kaidah sosial, lembaga sosial, kelompok– kelompok sosial serta lapisan–lapisan sosial. Dimensi struktural ada dua macam, yaitu dimensi vertikal dan dimensi horizontal. Dimensi vertikal akan melihat masyarakat secara bertingkat. Sebagai kenyataan sosial, dimensi vertikal akan tampak pada stratifikasi sosial, kelas sosial, dan status sosial dalam masyarakat. Dimensi horizontal biasa disebut sebagai diferensiasi atau pengelompokkan sosial, yaitu pembedaan sosial secara horizontal dalam arti pembedaan – pembedaan tersebut tidak mengandung perbedaan secara bertingkat, melainkan berbeda saja satu dengan yang lainnya.
Manusia memiliki dua keinginan yang selalu melekat di dalam dirinya, yaitu keinginan untuk menyatu dengan alam lingkungannya dan keinginan untuk menyatu dengan manusia lain dalam rangka memudahkan proses hidupnya. Dengan demikian, manusia memiliki kecenderungan untuk bersatu agar bisa saling berhubungan, hubungan antar manusia satu dan lainnya tersebut disebut interaksi.
Dari interaksi akan menghasilkan produk – produk interaksi, yaitu tata pergaulan yang berupa nilai dan norma yang berupa kebaikan dan keburukan dalam ukuran kelompok tersebut, selain nilai juga terdapat norma sebagai petunjuk arah untuk menentukan antara perilaku yang boleh dilakukan dan yang dilarang. Nilai merupakan cita–cita kehidupan kelompok itu sendiri, sebab nilai merupakan konsep tentang sesuatu yang baik, layak, patut, pantas, yang menjadi cita – cita bersama.
Struktur sosial mencakup susunan antar komponen yang meliputi status dan peranan yang ada didalam satuan sosial yang didalamnya terdapat nilai–nilai dan norma–norma yang mengatur perilaku antara status dan peranan di dalam masyarakat. Kaidah – kaidah sosial, lembaga – lembaga sosial, kelompok – kelompok sosial, lapisan–lapisan sosial, dinamika sosial, dan termasuk masalah sosial. Struktur sosial dan Sistem sosial adalah dua hal di dalam ilmu sosial yang tidak dapat dipisahkan keberadaannya, sebab struktur sosial lebih ditekankan pada wujud fisik suatu unsur–unsure sosial, sedangkan Sistem sosial lebih mengarah pada mekanisme atau kinerja Sistem tersebut yang berupa aturan main dari struktur itu sendiri.
1.      Komponen dalam struktur sosial
a.       Status dan Peranan
Status atau kependudukan diartikan sebagai tempat atau posisi seseorang dalam suatu kelompok sosial, sehubungan dengan orang–orang lainnya dalam kelompok ini atau tempat suatu kelompok sehubungan dengan kelompok–kelompok lainnya di dalam kelompok yang lebih besar. Adapun kedudukan sosial artinya tempat seseorang secara umum dalam masyarakatnya sehubungan orang–orang lian di dalam lingkungan pergaulannya, prestise ( harga diri ) dan hak–hak serta kewajibannya. Ada dua pengertian kedudukan sosial di dalam struuktur sosial, yaitu : kedudukan berarti tempat seseorang dalam pola tertentu dan kedudukan diartikan sebagai kumpulan hak dan kewajiban yang jika secara nyata dapat dilihat dalam gejala seperti : perbedaan hak dan kewajiban antara manajer perusahaan dan para pekerja. Peranan merupakan pola tindakan atau perilaku yang diharapkan dari orang yang memiliki status tertentu, artinya jika seseorang melakukan hak–hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia telah menjalankan peranan. Peranan mengatur pola–pola perilaku seseorang dan batasan–batasan tertentu pada perilaku di dalam pola–pola kehidupan sosial.
b.      Institusi ( Lembaga ) Sosial
Proses pembentukan lembaga sosial juga tidak lepas dari sifat struktur sosial itu sendiri dimana struktur sosial merupakan susunan komponen sosial yang saling mendukung kelangsungan hidup masyarakat tersebut. Masyarakat membentuk lembaga sosial baik secara formal maupun secara informal  dengan tujuan mengikat perilaku anggota–anggotanya agar berprilaku sesuai dengan harapan kelompok tersebut.
c.       Pelapisan Sosial
Perbedaan besar kecilnya kemampuan akses atas dasar tatanan sosial tersebut tanpa disengaja menimbulkan pengelompokkan atas dasar perbedaan kepemilikan benda – benda berharga. Gejala inilah akhirnya menimbulkan sistem pelapisan masyarakat secara hierarkis berbentuk piramida mengerucut ke atas.
d.      Kelompok social
Kelompok sosial merupakan akibat dari konsekuensi dari kedudukan manusia sebagai makhluk sosial yang selalu berkecenderungan berkelompok dengan manusia lainnya. Perasaan kelompok orang dalam dan orang luar menimbulkan pembedaan yang cukup tajam sehingga membedakan si A adalah kelompok kami, sedangkan si B bukan kelompok kami. Konsekuensi perbedaan kelompok sosial tersebut melahirkan gejala sosial yang memunculkn kemungkinan pertentangan dan juga kerjasama antar suku kelompok dan yang lainnya.
e.       Dinamika Sosial
Dinamika sosial merupakan salah satu penelaahan sosiologi yang membahas tentang perubahan–perubahan yang terjadi di dalam kehidupan sosial. Objek pembahasan ini meliputi :

1.      Pengendalian Sosial
Pengendalian sosial merupakan cara atau proses pengawasan baik yang direncanakan maupun yang tidak direncanakan untuk mengajak, mendidik, bahkan memaksa warga masyarakat agar para anggota masyarakat mematuhi norma dan nilai yang berlaku.
2.      Penyimpangan Sosial
Perilaku menyimpang adalah perilaku sejumlah besar orang yang dianggap tidak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku sehingga penyimpangan tersebut menimbulkan reaksi–reaksi tertentu seperti celaan, cemoohan, gunjingan masyarakat hingga menimbulkan hubungan.
3.      Mobilitas Sosial
Mobilitas sosial merupakan peristiwa sosial dimana individu atau kelompok bergerak atau berpindah kelas sosial satu ke lapisan sosial lainnya baik pergerakan itu mengarah pada gerak sosial dari lapisan sosial bawah bergerak ke atas atau sebaliknya, yaitu bergerak ke bawah.
4.      Perubahan Sosial
Perubahan sosial adalah pergeseran nilai–nilai, norma–norma sosial, pola–pola perilaku organ isasi, susunan lembaga kemasyarakatan, pelapisan sosial, kekuasaan dan wewenang, interaksi sosial dan sebagainya.perubahan sosial disebut juga transformasi sosial.

D.    Birokrasi
Secara etimologis, istilah birokrasi berasal dari gabungan kata Perancis, ‘bureau’, yang berarti “kantor”, dan kata Yunani ‘kratein’ yang berarti aturan. Sebagai suatu bentuk institusi, birokrasi telah ada sejak lama. Raison d’etre keberadaannya adalah munculnya masalah-masalah publik tertentu yang penanganannya membutuhkan koordinasi dan kerjasama dari orang yang banyak dengan berbagai keahlian dan fungsi.
Demikianlah maka tugas rumit membangun dan mengatur saluran-saluran air ke seluruh penjuru negeri pada jaman Mesir Kuno telah melahirkan birokrasi skala besar yang pertama di dunia. Selain di Mesir, peradaban kuno lainnya juga membentuk birokrasi untuk menunjang pengaturan dan pengorganisasian kota. Hal ini sebagaimana yang ditemui di Roma dan Cina pada masa Dinasti Han, di mana pengaturan birokrasinya mendasarkan diri pada ajaran-ajaran Confucius tentang kepegawaian.
1.      Birokrasi Menurut Max Weber
Max Weber adalah seorang sosiolog besar asal Jerman yang pemikirannya tentang birokrasi telah menjadi sangat klasik dalam literatur akademis. Berbeda dengan Hegel dan Marx yang memikirkan birokrasi secara sekunder sebagai unsur dari sistem pemikiran yang lebih luas, Weber mendiskusikan birokrasi secara tersendiri dan ekstensif. Oleh karenanya, pemikirannya tentang birokrasi berikut keterkaitannya dengan konsep-konsep lain yang diimplikasikannya akan dibahas dengan agak panjang lebar di sini. Menurut Weber, perkembangan organisasi menjadi lebih besar akan merangsang bertumbuhnya birokrasi dalam organisasi tersebut. Ini karena organisasi yang besar membutuhkan mekanisme bagi pelaksanaan tugas-tugas administratif skala luas. Negara, perusahaan, gereja, atau perserikatan sipil adalah contoh-contoh organisasi yang dapat berkembang menjadi birokrasi. Birokrasi di sini dipahami sebagai prinsip – prinsip pengorganisasian dan bukannya instansi eksklusif tertentu seperti dinas-dinas pemerintah sebagaimana yang dipahami oleh masyarakat awam di negeri ini. Weber menggunakan istilah birokratisasi untuk menjelaskan semakin luasnya penerapan prinsip-prinsip birokrasi dalam berbagai organisasi dan institusi modern. Weber mempunyai pandangan yang ambivalen tentang birokrasi dan birokratisasi. Di satu sisi, dia mengatakan bahwa birokrasi merupakan organisasi paling efisien yang pernah diciptakan dalam sejarah manusia. Di sisi lain, Weber juga khawatir akan patologi yang meluas seiring dengan masifnya pertumbuhan birokratisasi. Alvin Gouldner mengatakan bahwa teori birokrasi Weber telah menciptakan pathos metafisis bahwa manusia modern dikutuk untuk hidup bersama dengan birokrasi. Meskipun birokrasi mengehumanisasi kehidupan manusia, namun Weber juga melihat birokrasi sebagai satu-satunya cara yang mungkin untuk melakukan pengorganisasian dalam konteks masyarakat modern. Untuk memahami bagaimana birokrasi dapat memberikan efek yang sedemikian problematisnya bagi kehidupan manusia, terlebih dahulu kita harus memahami konsep Weber tentang rasionalisasi. Konsep rasionalisasi merujuk pada proses internalisasi modus bertindak dan berpikir yang khas dari masyarakat modern. Dalam hal ini, birokrasi merupakan artefak institusional par excellence dari rasionalisasi tersebut. Gagasan rasionalisasi mempunyai dua pengertian, yaitu pencapaian metodis untuk mencapai tujuan definitif tertentu yang telah terberi menggunakan sarana yang paling efektif. Disini fokusnya adalah pada sarana, sejauh mana dia mampu untuk membantu tercapainya suatu tujuan. Tujuan adalah hal yang tidak boleh dikritisi. Penalaran semacam ini disebut dengan rasionalitas instrumental.






























A.    Kesimpulan
Materialisme Marx adalah pengertian bahwa keseluruhan Objek yang menyusun realitas ini tak lain adalah efek dari aktivitas Subjek. Dialektika adalah cara berpikir dan citra tentang dunia. Sebagai cara berpikir, dialektika menekankan arti penting dari proses, hubungan, dinamika, konflik dan kontradiksi cara yang berpikir secara dinamis.
Didalam sosiologi, tindakan sosoial banyak dikemukakan oleh Max Weber (1864-1920) seorang ahli sosiologi Jerman, dimana tindakan sosial dimulai dari tindakan individu atau perilaku individu dengan perilaku oang lain, yang diorientasikan pada hasil tindakan tersebut, sehingga dapat dipahami secara subjektif, maksudnya setiap tindakan sosial yang dilakukan seseorang akan memiliki maksud atau makna tertentu.
Struktur sosial Koentjoroningrat menjelaskan bahwa struktur sosial adalah ke rangka yang dampak menggambarkan kaitan berbagai unsur dalam masyarakat. Birokrasi berasal dari gabungan kata Perancis, ‘bureau’, yang berarti “kantor”, dan kata Yunani ‘kratein’ yang berarti aturan.

















DAFTAR PUSTAKA

M. Setiadi Elly, Kolip Usman, 2011. Pengantar Sosiologi. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.
Ritzer George, J. Goodman Douglas, 2010. Teori Sosiologi Modern. Jakarta : Kencana Prenada Media Group.










Komentar

  1. Lumayan tulisannya.. Cuma terlalu panjang..

    Filsafatmazhabkepanjen.blogspot.com

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

PENYUSUNAN INSTRUMEN NON TES

POPULASI DAN SAMPEL

INTERAKSI SOSIAL DAN SOSIALISASI