HIDROSFER
HIDROSFER
DINAMIKA
PERUBAHAN HIDROSFER DAN DAMPAKNYA
TERHADAP
KEHIDUPAN DI MUKA BUMI
Hidrosfer berasal
dari kata hidros = air dan sphere = daerah
atau bulatan. Hidrosfer dapat diartikan daerah perairan yang mengikuti bentuk
bumi yang bulat. Daerah perairan ini meliputi samudera, laut, danau, sungai,
gletser, air tanah, dan uap air yang terdapat di atmosfer. Diperkirakan hampir
tiga perempat atau 75 % muka bumi tertutup oleh air. Jadi dapat dikatakan bumi
kita ini adalah planet air.
Air di bumi
memiliki jumlah yang tetap dan senantiasa bergerak dalam suatu lingkaran
peredaran yang disebut dengan siklus hidrologi, siklus air atau daur
hidrologi.
Persentase
luas permukaan laut dan luas permukaan daratan
Di belahan
bumi utara dan selatan.
BELAHAN
BUMI
|
LUAS
LAUTAN (%)
|
LUAS
DARATAN (%)
|
Utara
Selatan
|
61
81
|
39
19
|
Untuk
keperluan pemahaman praktis dalam mempelajari tentang air diperlukan beberapa
cabang ilmu, antara lain sebagai berikut :
·
Hidrometeorologi, yaitu ilmu
yang mempelajari hubungan antara unsur2 meteorologi dan siklus hidrologi yang
ditekankan kepada hubungan timbal balik.
·
Potamologi, yaitu ilmu yang mempelajari air yang
mengalir di permukaan tanah, baik yang melalui saluran, maupun yang tidak
melalui saluran.
·
Geohidrologi, yaitu ilmu yang mempelajari
keberadaan, persebaran, dan gerak air di bawah permukaan tanah.
·
Limnologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang
seluk beluk air yang berada di danau.
·
Oseanologi, yaitu ilmu yang mempelajari tentang
keadaan air di lautan.
Siklus
air dibedakan menjadi 3 macam, yaitu sebagai berikut :
1. Siklus
Air Kecil, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi menjadi awan
dan hujan, lalu jatuh ke laut
Siklus Air
Sedang, yaitu air laut menguap, mengalami kondensasi dan
dibawa angin, membentuk awan di atas daratan, jatuh sebagai hujan,
lalu masuk ke tanah, selokan, sungai, dan ke laut lagi.
Siklus
Air Besar, yaitu air laut menguap menjadi gas kemudian membentuk
kristal2 es di atas laut, dibawa angin ke daratan (pegunungan tinggi), jatuh
sebagai salju, membentuk gletser (lapisan es yang mencair), masuk ke sungai,
lalu kembali ke laut.
Terjadinya
siklus air tersebut disebabkan oleh adanya proses2 yang mengikuti gejala
meteorologis dan klimatologis, antara lain :
·
Evaporasi, yaitu penguapan benda2 abiotik dan
merupakan proses perubahan wujud air menjadi gas. Penguapan di bumi 80 %
berasal dari penguapan air laut.
·
Transpirasi, yaitu proses pelepasan uap air dari
tumbuh2an melalui stomata atau mulut daun.
·
Evapotranspirasi, yaitu proses
gabungan antara evaporasi dan transpirasi.
·
Kondensasi, yaitu proses perubahan wujud uap air
menjadi air akibat pendinginan.
·
Adveksi, yaitu transportasi air pada gerakan
horizontal seperti transportasi panas dan uap air dari satu lokasi ke lokasi
yang lain oleh gerakan udara mendatar.
·
Presipitasi, yaitu segala bentuk curahan atau
hujan dari atmosfer ke bumi yang meliputi hujan air, hujan es, dan hujan salju.
·
Run Off (Aliran Permukaan), yaitu
pergerakan aliran air di permukaan tanah melalui sungai dan anak sungai.
·
Infiltrasi, yaitu perembesan atau pergerakan air
ke dalam tanah melalui pori tanah.
Di dalam
siklus hidrologi terjadi proses kondensasi dan sublemasi. Kondensasi adalah
proses berubahnya uap air menjadi butir2 air, sedangkan sublemasi adalah proses
berubahnya uap air menjadi butir2 es atau salju. Menurut perkiraan, air yang
ada dipermukaan bumi seluruhnya mencapai 1.360.000.000 km3. Sekitar
1.320.000.000 km3 berada di lautan/samudera dan sisanya terjadi
sirkulasi pada atmosfer ke daratan dan kembali ke laut atau samudera.
Air yang ada dipermukaan bumi dan di udara berada dalam bentuk cair, gas dan
padat (es atau salju). Perubahan air dalam tiga bentuk ini memang sangat
menakjubkan. Jika terjadi perubahan temperatur, air dapat berubah menjadi es
yang disebut membeku (freezing), atau sebaliknya es akan berubah menjadi
air yang disebut mencair (melting), dan air yang mencair tersebut dapat
pula berubah menjadi gas melalui proses penguapan (evaporation).
Dalam setahun tidak kurang dari 500.000 km3 air di muka bumi
berubah menjadi gas ke dalam atmosfer. Kurang lebih 430.000 km3 air
laut berubah menjadi uap air atau sekitar 1.000 km3 setiap
hari, dan sisanya 70.000 km3 menguap dari daratan (termasuk
penguapan dari tanaman yang disebut denganTranspiration).
Uap air yang
terdapat dalam udara dapat berubah menjadi butir2 air atau es (kondensasi).
Jika temperatur udara terus menurun, butiran air berubah menjadi kristal2 es,
lama kelamaan semakin besar, dan udara tidak lagi mampu menahan beratnya
sehingga jatuh ke bumi sebagai hujan (precipitation). Butiran2 air atau
kristal2 es yang masih bertahan melayang-layang di udara karena amat kecil
disebut awan.
Sebaliknya, setiap tahunnya curah hujan yang jatuh ke permukaan bumi sekitar
500.000 km3, yaitu 390.000 km3 langsung jatuh di
laut/samudera, dan 110.000 km3 jatuh di daratan. Persebaran air
yang berada di muka bumi secara persentase adalah sebagai berikut : air laut
97,5 %, air sungai, air danau, air tanah, dan salju 2,449 %, serta berupa uap
air 0,001 %.
AIR
PERMUKAAN.
Air
permukaan adalah bagian dari air hujan yang tidak mengalami infiltrasi
(peresapan), atau air hujan yang mengalami peresapan dan muncul kembali ke
permukaan bumi sebagai mata air. Mata air yang muncul di permukaan bumi akan
mengalir sebagai air permukaan.
Macam-macam
air permukaan :
A. Sungai
Sungai
adalah air tawar yang mengalir dari sumbernya di daratan menuju dan bermuara di
laut, danau, atau sungai lain yang lebih besar. Aliran sungai merupakan aliran
yang bersumber dari 3 jenis limpasan, yaitu : limpasan yang berasal dari hujan,
limpasan dari anak2 sungai, dan limpasan dari air tanah.
Pada umumnya, sungai bermuara sampai ke laut atau danau2. Tetapi, adapula
sungai2 yang muaranya tidak dapat mencapai laut banyak terdapat di daerah gurun
yang amat kering. Di Australia, sungai jenis ini disebut creek dan
di Arab disebut Wadi. Pada saat hujan, palung2 sungai ini berisi
air tetapi bilamana hujan tidak ada, sungai ini hanya berupa palung2 yang
kerin. Air hujan yang mengalir tidak dapat mencapai laut karena banyak meresap
ke dalam tanah yang kering dan ada pula yang habis menguap kembali ke atmosfer.
Besarnya
volume air yang mengalir pada suatu sugai dalam satuan waktu pada titik
tertentu di sungai itu, disebut debit air. Debit air sungai terkecil terdapat
di bagian hulu, sedangkan yang terbesar terdapat di bagian muara. Sungai yang
besar berarti debit airnya besar, sebaliknya, sungai yang kecil berarti debit
airnya kecil.
Besar kecilnya volume air yang mengalir (debit air sungai) dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain sebagai berikut :
Iklim, usur iklim
sangat berpengaruh terhadap debit air sungai. Banyaknya curah hujan
(Presipitasi) dan besarnya penguapan (evaporasi) sangat menentukan volume air
yang ada dalam sungai.
Pada saat
musim penghujan presipitasi lebih besar dibandingkan besarnya evaporasi yang
mengakibatkan debit air menjadi besar bahkan terjadi luapan air atau banjir.
Tetapi sebaliknya, pada musim kemarau jumlah presipitasi menurun tetapi tingkat
penguapan meningkat sehingga debit air semakin kecil.
Kondisi Daerah Aliran Sungai (DAS), luas dan
ketinggian daerah aliran sungai berpengaruh besar terhadap debit air sungai.
Daerah aliran sungai adalah bagian permukaan bumi yang berfungsi untuk
menerima, menyimpan, dan mengalirkan air hujan yang jatuh di atasnya melalui
sungai. Contoh : hujan yang jatuh pada bagian permukaan bumi mengalirkan airnya
ke sungai, misalnya sungai Kapuas. Bagian permukaan bumi yang menerima air
hujan dan mengalirkan airnya ke sungai Kapuas disebut DAS Kapuas. Das biasanya
dibatasi oleh punggung/igir perbukitan atau pegunungan. DAS yang luas berarti
memiliki daerah tangkapan hujan yang luas pula, sehingga debit air sungai yang
mengalir pada DAS itu akan lebih besar.
Ada
berbagai bentuk atau tipe sungai yaitu :
·
Sungai Consequent Lateral, yakni sungai
yang arah alirannya menuruni lereng2 asli yang ada di permukaan bumi seperti dome,
blockmountain, atau dataran yang baru terangkat.
·
Sungai Consequent Longitudinal, yakni
sungai yang alirannya sejajar dengan antiklinal (bagian puncak gelombang
pegungungan).
·
Sungai Subsequent, yakni sungai
yang terjadi jika pada sebuah sungai consequent lateralterjadi
erosi mundur yang akhirnya akan sampai ke puncak lerengnya, sehingga sungai
tersebut akan mengadakan erosi se samping dan memperluas lembahnya. Akibatnya
akan timbul aliran baru yang mengikuti arah strike (arah
patahan).
·
Sungai Superimposed, yakni sungai yang mengalir
pada lapisan sedimen datar yang menutupi lapisan batuan di bawahnya. Apabila
terjadi peremajaan, sungai tersebut dapat mengikis lapisan2 penutup dan
memotong formasi batuan yang semula tertutup, sehingga sungai itu menempuh
jalan yang tidak sesuai dengan struktur batuan.
·
Sungai Antecedent, yakni sungai
yang arah alirannya tetap karena dapat mengimbangi pangangkatan yang terjadi.
Sungai ini hanya dapat terjadi bila pengangkatan tersebut berjalan dengan
lambat.
·
Sungai Resequent, yakni
sungai yang mengalir menuruni dip slope (kemiringan
patahan) dari formasi2 daerah tersebut dan searah dengan sungai consequent
lateral. Sungai resequent ini terjadi lebih akhir sehingga lebih muda dan
sering merupakan anak sungai subsequent.
·
Sungai Obsequent, yakni sungai
yang mengalir menuruni permukaan patahan, jadi berlawanan dengan dip dari
formasi2 patahan.
·
Sungai Insequent, yakni sungai
yang terjadi tanpa ditentukan oleh sebab2 yang nyata. Sungai ini tidak mengalir
mengikuti perlapisan batuan atau dip. Sungai ini mengalir dengan arah tidak
tentu sehingga terjadi pola aliran dendritis.
·
Sungai Reverse, yani sugai
yang tidak dapat mempertahankan arah alirannya melawan suatu pengangkatan, sehingga
mengubah arahnya untuk menyesuaikan diri.
·
Sungai Composit, yakni sungai
yang mengalir dari daerah yang berlainan struktur geologinya. Kebanyakan sungai
yang besar merupakan sungai composit.
·
Sungai Anaclinal, yakni sungai
yang mengalir pada permukaan, yang secara lambat terangkat dan arah
pengangkatan tersebut berlawanan dengan arah arus sungai.
·
Sungai Compound, yakni sungai yang membawa air
dari daerah yang berlawanan geomorfologinya.
Ada
berbagai pola aliran sungai, sebagai berikut :
·
Pararel, adalah pola aliran yang terdapat
pada suatu daerah yang luas dan miring sekali, sehingga gradient dari sungai
itu besar dan sungainya dapat mengambil jalan ke tempat yang terendah dengan
arah yang kurang lebih lurus. Pola ini misalnya dapat terbentuk pada suatu coastal
plain (dataran pantai) yang masih muda yang lereng aslinya miring
sekali kea rah laut.
·
Rectangular, adalah pola aliran yang terdapat
pada daerah yang mempunyai struktur patahan, baik yang berupa patahan
sesungguhnya atau hanya joint (retakan). Pola ini merupakan
pola aliran siku2.
·
Angulate, adalah pola aliran yang tidak
membentuk sudut siku2 tetapi lebih kecil atau lebih besar dari 90o.
di sini masih kelihatan bahwa sungai2 masih mengikuti garis2 patahan.
·
Radial Centrifugal, adalah pola
aliran pada kerucut gunung berapi atau dome yang baru mencapai stadium muda dan
pola alirannya menuruni lereng2 pegunungan.
·
Radial Centripetal, adalah pola
aliran pada suatu kawah atau crater dan suatu kaldera dari gunung berapi atau
depresi lainnya, yang pola alirannya menuju ke pusat depresi tersebut.
·
Trellis, adalah pola aliran yang berbentuk
seperti trails. Di sini sungai mangalir sepanjang lembah dari suatu bentukan
antiklin dan sinklin yang pararel.
·
Annular, adalah variasi dari radial pattern.
Terdapat pada suatu dome atau kaldera yang sudah mencapai stadium dewasa dan
sudah timbul sungai consequent, subsequent, resequent dan obsequent.
·
Dentritic, adalah pola aliran yang mirip cabang
atau akar tanaman. Terdapat pada daerah yang batu2annya homogen, dan lereng2nya
tidak begitu terjal, sehingga sungai2nya tidak cukup mempunyai kekuatan untuk
menempuh jalan yang lurus dan pendek.
Macam-macam
sungai berdasarkan keajegan aliran airnya, yaitu sebagai berikut :
·
Sungai Episodik, yaitu sungai
yang airnya tetap mengalir baik pada musim kemarau maupun pada musim penghujan.
Jenis sungai ini banyak terdapat di Irian Jaya, Sumatera, dan Kalimantan.
·
Sungai Periodik, yaitu sungai
yang hanya berair pada musim penghujan saja, sedang pada musim kemarau kering
tak berair. Jenis sungai ini banyak terdapat di Jawa Timur, Nusa Tenggara, dan
Sulawesi, pada umumnya sungai periodik ini mempunyai mata air dari daerah2 yang
hutannya sudah gundul.
Macam-macam
sungai berdasarkan sumber airnya yaitu sebagai berikut :
·
Sungai Tadah Hujan, yaitu sungai yang volume
airnya tergantung pada air hujan, seperti sungai2 di Pulau Jawa.
·
Sungai Campuran atau Sungai
Kombinasi, yaitu sungai yang sumber airnya berasal dari air hujan dan
gletser (salju yang mencair, kemudian mengalir) oleh karena itu jika sungai
mata airnya dari gletser disebut sungai gletser. Contohnya sungai Mamberema di
Irian Jaya.
Bagian-bagian
pada daerah aliran sungai, yaitu :
1) Bagian
Hulu Sungai.
Yaitu bagian
sungai yang dekat dengan mata air, merupakan sungai dalam stadium muda, dengan
ciri2 :
· Pengikisan
kearah dalam atau vertikal.
· Aliran
airnya deras
· Tebingnya
curam
· Tidak
terjadi proses pengendapan/sedimentasi
· Belum
terdapat teras2 sungai.
2) Bagian
Tengah Sungai.
Yaitu bagian
antara hulu sungai dengan hilir sungai dan disebut stadium dewas, dengan ciri2
:
· Pengikisan
ke arah dalam dan samping
· Alirannya
kurang begitu jelas
· Banyak
terjadi pengendapan
· Terdapat
teras2 sungai.
· Terbentuknya
pola aliran yang berkelok-kelok atau disebut meander.
3) Bagian
Hilir Sungai.
Yaitu bagian
sungai yang dekat ke laut, dan disebut stadium tua dengan ciri2 :
· Pengikisan
tidak terjadi
· Aliran
air tenang
· Banyak
terjadi pengendapan
· Teras2
sudah tidak jelas
· Sungai
banyak berkelok-kelok
· Terdapat
beting2 pasir di tengah sungai yang disebut dengan delta.
B.
Danau.
Danau ialah suatu kumpulan air dalam cekungan tertent, yang biasanya berbentuk
mangkuk. Danau mendapat air dari curah hujan, sungai2, serta mata air, dan air
tanah. Keempat sumber tersebut bersama-sama dapat mengisi dan memberikan suplai
air pada danau. Dalam hal demikian biasanya danau itu bersifat permanen,
artinya tetap berair sepanjang tahun. Sebaliknya, jika sumber air pengisi danau
itu hanya salah satu unsur saja misalnya dari curah hujan, maka danau itu
umumnya bersifat temporer atau periodic. Artinya danau tersebut pada waktu2
tertentu kering.
Menurut
macam airnya, danau dapat dibedakan menjadi 2, yaitu sebagai berikut :
1) Danau
Air Asin.
Pada umumnya
danau air asin terdapat di daerah semiarid dan arid,
di mana penguapan yang terjadi sangat kuat, dan tidak memiliki aliran keluaran.
Kalau danau semacam ini menjadi kering, maka tinggallah lapisan garam di dasar
danau tersebut. Danau2 yang bersifat temporer banyak terdapat di daerah arid
yang mempunyai kadar garam tinggi. Contoh danau kadar garam yang tinggi adalah
Great Salt Lake, kadar garamnya sebesar 18,6 %, dan Danau Merah (dekat laut
asam), kadar garamnya 32 %.
2) Danau
Air Tawar.
Danau air
tawar terutama terdapat di daerah2 humid (basah) dimana curah
hujan tinggi. Pada umumnya, danau ini mendapatkan air dari curah hujan dan
selalu mengalirkan airnya kembali ke laut. Jadi danau ini merupakan danau
terbuka.
Menurut
terjadinya, danau dapat dibagi menjadi beberapa jenis sebagai berikut :
1. Danau
Vulkanik/Kawah/Maar, yaitu danau yang terjadi karena peletusan gunung
berapi yang menimbulkan kawah luas di puncaknya. Kawah tersebut kemudian terisi
oleh air hujan dan terbentuklah danau. Contoh : Danau Kawah Gunung Kelud dan
Gunung Batur.
2. Danau Lembah
Gletser, setelah zaman es berakhir, daerah2 yang dulunya dilalui
gletser menjadi kering dan diisi oleh air. Kalau lembah yang telah terisi air
itu tak berhubungan dengan laut, maka lembah itu akan menjadi danau. Contohnya:
danau Michigan, danau Huron, Superior, Erie, dan danau Ontario.
3. Danau
Tektonik, adalah danau yang terjadi karena peristiwa tektonik; yang
mengakibatkan terperosoknya sebagian kulit bumi. Maka terbentuklah cekungan
yang cukup besar. Contoh danau tektonik adalah : danau toba, singkarak, kerinci
dll.
4. Danau
Dolina/Karst, adalah danau yang terjadi karena pelarutan batuan kapur,
sehingga membentuk cekungan2 yang yang bentuknya seperti dolina/karst. Danau
ini banyak ditemukan di daerah pegunungan kapur.
5. Danau
Hempangan/Bendungan, adalah danau yang terjadi karena aliran sebuah
sungai terbendung oleh lava, sehingga airnya menggenang dan terbentuklah danau.
Contohnya danau laut tawar di Aceh dan Tondano.
6. Danau Buatan, adalah
danau yang dibendung oleh manusia dengan tujuan untuk irigasi, perikanan,
pembangkit tenaga listrik dan lain. Contohnya : Danau Siombak di Marelan,
Proyek Asahan dll.
C.
Rawa
Rawa adalah daerah di sekitar sungai atau muara sungai yang cukup besar yang
merupakan tanah lumpur dengan kadar air relatif tinggi.
Rawa
dilihat dari genangan airnya, dapat dibedakan menjadi 2 bagian yaitu :
1) Rawa
yang airnya selalu tergenang
Tanah2 di
daerah rawa yang selalu tergenang airnya tidak dapat dimanfaatkan sebagai lahan
pertanian kerena lahannya tertutup tanah gambut yang tebal. Di daerah rawa yang
airnya selalu tergenang, sulit terdapat bentuk kehidupan binatang karena airnya
sangat asam. Derajat keasaman (pH) di daerah ini mencapai 4,5 atau kurang
dengan warna air kemerah-merahan.
2) Rawa
yang airnya tidak selalu tergenang.
Rawa jenis
ini mengandung air tawar yang berasal dari limpahan air sungai pada saat air
laut pasang dan airnya relatif mongering pada saat air laut surut. Akibat
adanya pergantian air tawar di daerah rawa, maka keasaman tanah tidak terlalu
tinggi sehingga dapat dimanfaatkan sebagai areal sawah pasang surut. Salah satu
tanda yang menunjukkan bahwa kawasan rawa memiliki tanah yang tidak terlalu
asam adalah banyaknya pohon2 rumbia.
MORFOLOGI
PESISIR PANTAI
Laut
menutupi permukaan bumi kurang lebih 75 %. Batas perairan laut dangan daratan
disebut garis pantai (pertemuan permuakaan laut dengan daratan). Perairan laut
di permukaan bumi tidak merata luasnya. Pada belahan bumi utara tertutup lautan
sebesar 60%, sedangkan pada belahan bumi selatan yang tertutup lautan sekitar
80%.
Kedalaman laut dan samudera sangat bervariasi, ada yang dangkal tetapi banyak
pula yang dalam. Dalam dan dangkalnya dasar laut menunjukkan relief dasar laut.
Relief dasar laut lebih besar dibandingkan relief di daratan. Hal ini terbukti
dari kedalaman laut rata2 mencapai 3.800 m, sedangkan ketinggian daratan rata2
hanya 840 m. laut yang terdalam ada di Palung Mindanau (Palung Filipina),
mencapai kedalaman 10.830 m sedangkan daratan yang tertinggi adalah pada Gunung
Everest, yang mencapai ketinggian 8.880 m.
Untuk mengetahui kedalaman laut, dilakukan pengukuran2 yang disebut “menduga
dalamnya laut”. Pengukuran kedalaman laut ini dapat dilakukan dengan 2 cara,
yaitu :
1) Batu
Duga, cara ini disebut juga tali unting, merupakan cara mengukur
kedalaman laut yang paling sederhana. Sebongkah besi diikat pada ujung tali dan
sebuah tabung beserta alat pemberat diturunkan ke dasar laut. Sistem ini
memerlukan waktu yang lama karena untuk mengukur kedalaman laut sampai 5000 m
saja memerlukan waktu sampai satu jam. Selain itu, kedalaman laut yang
sebenarnya kadang2 kurang tepat disebabkan tali yang diturunkan sering
condong/atau lengkung karena terbawa oleh arus laut.
2) Gema
Duga, cara ini merupakan teknologi yang lebih maju dan mulai digunakan
sejak tahun 1920. Cara ini menggunakan alat pengirim dan penerima gelombang
suara. Suara dari alat pengirim akan merambat ke dasar laut dan sesampainya di
dasar laut dipantulkan kembali ke atas. Pantulan kembali gema suara akan
diterima oleh alat penerima di atas kapal. Alat gema duga sering dinamakan hidrofon.
Dengan mengetahui kecepatan suara yang diterima, maka dapat diketahui
kedalamannya. Dengan pengandaian kecepatan suara dalam air laut 1.500 m/det,
dihasilkan rumus kedalaman laut sebagai berikut :
D = t
x v
2
Keterangan :
D
= kedalaman laut
t
= jangka waktu antara suara yang dikirimkan sampai diterima kembali pantulan
gema suaranya.
v
= kecepatan suara dalam air.
Contoh
:
Waktu antara
dikirimnya suara dari kapal sampai diterima kembali gema suaranya oleh hidrofon
di atas kapal adalah 7 detik. Maka kedalaman laut tersebut adalah :
D = t
x v = 1500 x 7 = 5.250 meter
2
2
Dengan waktu
hanya 7 detik, laut yang kedalamannya mencapai 5.250 m telah dapat diketahui.
Berdasarkan
letaknya, laut dapat dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu :
1) Laut
Tepi.
Laut tepi
merupakan laut yang berada di tepi benua dan dipisahkan oleh kepulauan dari
samudera. Contoh dari laut ini adalah Laut Cina Selatan yang terletak di tepi
Benua Asia.
2) Laut
Pedalaman.
Laut
pedalaman merupakan laut yang hampir seluruhnya dikelilingi oleh daratan atau
terletak di tengah2 suatu benua. Laut yang masuk jenis ini adalah laut hitam
yang terletak di tengah Benua Asia, juga Laut Adriatik.
3) Laut
Tengah.
Laut tengah
merupakan lautan yang memisahkan dua benua atau lebih. Misalnya laut tengah
(Mediterania) yang memisahkan Benua Eropa dan Afrika, juga laut Indonesia yang
memisahkan Benua Asia dengan Australia.
4) Selat.
Selat
merupakan laut sempit yang terletak di antara dua pulau atau dua benua.
Misalnya selat Sunda yang terletak di antara pulau Sumatera dengan Pulau Jawa.
5) Teluk.
Teluk
merupakan laut yang menjorok ke daratan. Contoh dari teluk adalah Teluk Siam
yang terdapat di Thailand.
Pembagian
laut menurut zona atau jalur kedalamannya, laut dapat dibedakan menjadi
beberapa zona sebagai berikut :
1) Zona
Litoral atau Jalur Pasang, yaitu bagian cekungan lautan yang terletak
diantara pasang naik dan pasang surut.
2) Zona
Epineritik, yaitu bagian cekungan lautan diantara garis2 surut dan
tempat paling dalam yang masih dapat dicapai oleh daya sinar matahari (pada
umumnya sampai sedalam 50 m).
3) Zona
Neritik, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya antara 50 – 200 m.
4) Zona
Batial, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya antara 200 – 2000
m.
5) Zona
Abisal, yaitu bagian cekungan lautan yang dalamnya lebih dari 2000 m.
Pembagian
laut menurut terjadinya, laut dapat dibedakan menjadi 3 golongan, yaitu sebagai
berikut :
· Laut
Transgresi atau Laut Meluas, yaitu laut yang terjadi karena perubahan
permukaan air laut positif, baik yang disebabkan oleh kenaikan permukaan air
laut itu sendiri atau oleh turunnya daratan perlahan-lahan, sehingga sebagian
dari daratan digenangi air. Laut jenis ini pada umumnya terjadi pada akhir
zaman glacial. Contoh : Laut Utara dan Laut Jawa.
· Laut
Ingresi atau Laut Tanah Turun, laut ini terjadi karena turunnya tanah
sebagai akibat tekanan vertikal (gaya endogen) yang menimbulkan patahan. Contoh
: laut Karibia, Laut Jepang, dan Laut Tengah.
· Laut
Regresi atau Laut Menyempit, laut ini terjadi karena laut mengalami
proses penyempitan akibat adanya endapan2 di laut yang dibawa sungai sehingga
laut tersebut mengalami pendangkalan. Contohnya : Selat Malaka.
Arus
laut adalah aliran air laut yang mempunyai arah dan peredaran yang tetap dan
teratur. Gerak aliran arus laut dapat disamakan dengan aliran air sungai,
tetapi aliran arus laut lebih lebar. Arus laut dapat dibedakan menurut letak,
suhu, dan cara terjadinya.
1. Menurut
letaknya
· Arus
bawah ialah arus laut yang bergerak di bawah permukaan laut, misalnya arus bawah
di Selat Gibraltar.
· Arus
atas ialah arus laut yang bergerak di permukaan laut, misalnya arus Kalifornia.
2. Menurut
suhunya.
Arus panas ialah bila suhu arus air laut lebih panas
daripada suhu air laut di sekitarnya, misalnya arus teluk.
Arus dingin ialah bila suhu arus laut lebih dingin
dari laut di sekitarnya, misalnya arus Labrador.
3. Menurut
terjadinya.
1)
Arus karena perbedaan kadar garam atau berat jenis air laut.
2)
Arus karena dingin
3)
Arus karena perbedaan niveau (beda tinggi muka air)
4)
Arus karena pengaruh daratan/benua.
5)
Arus karena pasang naik dan surut.
Kecerahan
atau warna air laut tergantung pada zat2 oraganik maupun anorganik yang ada di
laut. Warna air laut ada beberapa macam karena beberapa sebab berikut :
§ Pada umumny lautan berwarna
biru, hal ini disebabkan oleh sinar matahari yang bergelombang pendek
(sinar biru) dipantulkan lebih banyak daripada sinar lain.
§ Warna kuning, karena
dasarnya terdapat lumpur kuning, misalnya sungai Kuning di Cina (sungai Huang
Ho).
§ Warna hijau, karena adanya
plankton2 dalam jumlah besar.
§ Warna putih, karena
permukaannya selalu tertutup es, misalnya latu di Kutub Utara dan Selatan.
§ Warna ungu, karena adanya
organism kecil yang mengeluarkan sinar2 fosfor, misalnya Laut Ambon.
§ Warna hitam, karena
dasarnya terdapat lumpur hitam. Misalnya laut Hitam.
§ Warna merah, karena
banyaknya binatang2 kecil berwarna merah yang terapung-apung, misalnya laut
merah.
Salinitas
atau kadar garam air laut adalah banyaknya garam (dinyatakan dengan gram) yang
terdapat dalam satu liter air laut. Garam di laut berasal dari hasil2 pelapukan
di daratan. Hasil2 pelapukan ini mengandung bermacam-macam garam, yang oleh air
sungai di larutkan, dihanyutkan, serta dibawa ke laut. Hampir di setiap tempat
laut memiliki salinitas (kadar garam) antara 33% hingga 37%. Pada air laut
dalam, nilai salinitas antara 34,5% dan 35% rata2 salinitas air laut adalah
35%.
Menurut Clarke,
di dalam air laut terdapat larutan garam seperti :
1)
Kalsium karbonat (CaCO3) : 0,34%
2)
Magnesium bromida (MgBr2) : 0,22%
3)
Kalium Sulfat (K2SO4) : 2,64%
4)
Kalsium sulfat (CaSO4) : 3,60%
5)
Magnesium sulfat (MgSO4) : 4,74%
6)
Magnesium Klorida (MgCL2) : 10,88%
7)
Natrium Klorida (NaCl) : 77,78%
Perubahan
kadar garam di laut tidak besar. Hal ini disebabkan oleh kecilnya proses
penguapan bila dibandingkan dengan isi air laut tersebut. Besar kecilnya kadar
garam di laut ditentukan oleh faktor2 berikut :
1)
Banyak sedikitnya air yang berasal dari gletser
2)
Besar kecilnya curah hujan di tempat tersebut
3)
Besar kecilnya penguapan di tempat tersebut
4)
Besar kecilnya atau banyak sedikitnya sungai yang bermuara di tempat tersebut.
Mineral
laut berasal dari daratan yang dibawa oleh aliran sungai2. Mineral itu antara
lain adalah :
§ Garam, tempat2 pembuatan
garam dijumpai di Pulau Madura dan Rembang.
§ Kapur, berasal dari kerang,
globigerine (foraminifera), dan sebagainya.
§ Kalium karbonat, berasal dari
sebangsa lumut (potash)
§ Fosfat, berasal dari tulang2
ikan dan kotoran burung pemakan ikan, dan biasanya untuk pupuk.
Kekayaan
fauna dan flora laut sama halnya dengan daratan. Pada umumnya organisme laut
dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu :
1) Bentos, ialah
binatang2 laut yang hidupnya di dasar laut. Bentos ini dapat pula dibagi
menjadi dua golongan yaitu : (1) bentos sesial, yang hidupnya
terikat pada suatu tempat, misalnya tiram, koral, jenis2 brochipoda dan
sebagainya, dan (2)bentos vagil, yang bergerak di dasar laut,
misalnya landak laut, siput laut, dan sebagainya.
2) Pelagos, ialah
organisme yang hidupnya tak tergantung pada dasar laut dan umumnya menjadi
penghuni lapisan air bagian atas. Pelagos dapat dibedakan menjadi dua golongan,
yaitu (1) nekton, ialah golongan organisme yang mempunyai alat
badan sendiri untuk bergerak sehingga dapat tinggal di daerah tertentu yang
menyediakan banyak makanan atau tempat2 yang keadaannya baik bagi mereka.
Contoh : semua jenis ikan, ubur2 dan sebagainya (2) plankton, ialah
golongan organisme yang tidak mempunyai alat2 badan sendiri untuk bergerak.
Gerakan mereka bergantung pada arus yang disebabkan oleh angin atau perbedaan
suhu. Contoh : jenis2 binatang bersel satu seperti radiolarian, foraminifera,
dan tumbuh2an yang bersel satu misalnya algae, diatomea, demikian juga
binatang2 bersel banyak yang kecil seperti sebangsa udang kecil.
Sama halnya
dengan di daratan, di lautan pun sedimentasi terjadi terutama berasal dari
sisa2 organisme yang mati maupun bahan2 anorganis. Beberapa jenis endapan
lumpur berturut-turut dari pantai ke laut dalam, yaitu :
1. Endapan
Lumpur Terigen, endapan yang terdiri dari materi2 halus, terutama
materi2 dari daratan yang dibawa oleh sungai2.
2. Endapan
Lumpur Globigerina, yaitu endapan yang terdiri atas sisa2 binatang dan
tumbuhan2 yang telah mati, terutama terdiri dari kapur berasam arang dan asam
kersik. Lumpur globigerina di atas terutama terdapat di dasar laut yang
dalamnya antara 2000 m sampai 4000 m.
3. Endapan
Lumpur Radiolaria atau Lumpur Laut Merah, yaitu
endapan yang sebagian berasal dari hasil2 letusan gunung berapi di dalam laut
dan sebagian berasal dari sisa2 binatang yang amat kecil yang berangka zat
kersik. Endapan ini terdapat pada laut yang dalam (4.000 – 7.000 m) dan tidak
terdapat kapur atau persenyawaan2 kapur
Komentar
Posting Komentar