PEDOSFER
Pengertian pedosfer
PEDOSFER adalah
lapisan paling atas dari permukaan bumi tempat berlangsungnya proses
pembentukan tanah. Secara sederhana pedosfer diartikan sebagai lapisan tanah
yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Tanah (soil) adalah suatu
wujud alam yang terbentuk dari campuran hasil pelapukan batuan (anorganik),
organik, air, dan udara yang menempati bagian paling atas dari litosfer. Ilmu
yang mempelajari tanah disebut pedologi, sedangkan ilmu yang secara khusus
mempelajari mengenai proses pembentukan tanah disebut pedogenesa.
FAKTOR-FAKTOR PEMBENTUKAN
TANAH
5 Faktor yang
mempengaruhi Proses Pembentukan Tanah (Genesis) dan Perkembangan Tanah
(Differensiasi Horison), yaitu:
1. Bahan Induk (b) = Batuan Beku, B.Sedimen, B.Metamorf, Bhn.Organik; (mempengaruhi perbedaan dari sifat kimia dan sifat fisik tanah)
2. Iklim (i) = curah hujan dan suhu (temperatur)
3. Organisme (o) atau Jasad Hidup (h) = Tumbuhan & Hewan
4. Relief (r ) atau Topografi (t) : Kecuraman Lereng
5. Waktu (w) = Tingkat Perkembangan (muda, dewasa, tua) dan Umur (dalam tahun)
•Hubungan Tanah dengan Faktor Pembentuknya sbb:
T (tanah) atau S (soil) = f ( b , i , o , r , w )
Perbedaan Sifat-sifat Tanah yang hanya disebabkan oleh Satu Faktor Pembentuk Tanah, dikenal sebagai:
1.Klimatosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya pengaruh iklim
2.Biosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya pengaruh organisme
3.Toposekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaantopografi
4.Lithosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaan Jenis bahan induk
5.Khronosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaan Faktor umur
BAHAN INDUK :
•Menurut Jenny (1941)
Bahan Induk adalah keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah
1. Bahan Induk (b) = Batuan Beku, B.Sedimen, B.Metamorf, Bhn.Organik; (mempengaruhi perbedaan dari sifat kimia dan sifat fisik tanah)
2. Iklim (i) = curah hujan dan suhu (temperatur)
3. Organisme (o) atau Jasad Hidup (h) = Tumbuhan & Hewan
4. Relief (r ) atau Topografi (t) : Kecuraman Lereng
5. Waktu (w) = Tingkat Perkembangan (muda, dewasa, tua) dan Umur (dalam tahun)
•Hubungan Tanah dengan Faktor Pembentuknya sbb:
T (tanah) atau S (soil) = f ( b , i , o , r , w )
Perbedaan Sifat-sifat Tanah yang hanya disebabkan oleh Satu Faktor Pembentuk Tanah, dikenal sebagai:
1.Klimatosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya pengaruh iklim
2.Biosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya pengaruh organisme
3.Toposekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaantopografi
4.Lithosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaan Jenis bahan induk
5.Khronosekuen:
Perbedaan sifat tanah yang disebabkan hanya oleh perbedaan Faktor umur
BAHAN INDUK :
•Menurut Jenny (1941)
Bahan Induk adalah keadaan tanah pada waktu nol (time zero) dari proses pembentukan tanah
Jenis-jenis Bahan Induk:
1.Batuan Beku:
Adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pembekuan (solidifikasi) magma cair.
2.Batuan Sedimen:
Adalah bebatuan yang terbentuk dari proses pemadatan (konsolidasi) endapan-endapan partikel yang terbawa oleh angin atau air di permukaan bumi.
3.Batuan Metamorf:
Adalah batuan beku atau batuan sedimen yang telah mengalami perubahan bentuk (transformasi) akibat adanya pengaruh perubahan suhu dan tekanan yang sangat tinggi.
Jenis-jenis Batuan Beku:
•Berdasarkan Tempat Pembekuan Magma, batuan beku dibedakan menjadi :
1. Batuan Beku Dalam (Flutonik)
2. Batuan Beku Gang (Intrusi)
3. Batuan Beku Atas (Ekstrusi / Batuan Vulkanik)
•Berdasarkan kandungan SiO2, batuan beku dibedakan menjadi:
1. Batuan Beku Masam -> kand. SiO2 tinggi : > 65%
2. Batuan Beku Intermedier -> kand. SiO2 sedang : + 55% s/d 65%
3. Batuan Beku Basa -> kand. SiO2 rendah : < 55%
Jenis-jenis Batuan Sedimen:
1. Batuan Kapur dan Dolomit -> kand. Ca, Mg > 50%
2. Batupasir -> kand. Pasir > 50%
3. Shale (Serpih) -> Clayshale/Claystone (kand. Liat à banyak)
-> Siltstone (kand. Debu à banyak)
Jenis-jenis Batuan Metamorf:
1. Schist :
Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar halus à Schist Mika
2. Gneis :
Batuan metamorf berbentuk lembar-lembar kasar à Granit Gneis
3. Kuarsit :
Batuan metamorf yang terbentuk dari batu pasir
4. Marmer :
Batuan metamorf yang terbentuk dari batu kapur karbonat
Bahan Induk Organik :
•Bahan Induk yang berasal dari proses akumulasi penimbunan hutan rawa / vegetasi rawa
•Tanah yang terbentuk disebut: Tanah Organik, Tanah Gambut, Histosol
PROSES PELAPUKAN :
1.Proses Pelapukan Fisik :
•Proses mekanik yang menyebabkan bebatuan masif pecah –hancur
terfragmentasi menjadi partikel-partikel kecil tanpa ada perubahan
kimiawi.
•Terjadi karena:-> Perubahan suhu yang drastis (sgt dingin di Kutub
dan sangat panas di Padang Pasir)
-> Hantaman air hujan
-> Penetrasi Akar
-> Aktivitas Makhluk Hidup lainnya
2.Proses Pelapukan Kimia:
•Proses Pelapukan yang diikuti terjadinya perubahan sifat kimiawi
•Meliputi:
1.Pelarutan (solubilitasi) 5. Reduksi
2.Hidrasi 6. Karbonatasi
3.Hidrolisis 7. Asidifikasi (pengasaman)
4.Oksidasi
Faktor Iklim :
1. Curah Hujan
2. Temperatur
Faktor Organisme / Jasad Hidup :
->Vegetasi (Makroflora) & Hewan (Makrofauna)
->Mikroorganisme tanah
Faktor Topografi / Relief :
-> Kecuraman Lereng
-> Bentuk Lereng (Puncak, Cembung, Cekung, Kaki Lereng)
Mempengaruhi Proses Pembentukan Tanah dengan 4 Cara :
1. Jumlah air hujan yg dpt meresap atau disimpan oleh massa tanah
2. Kedalaman air tanah
3. Besarnya erosi yang dapat terjadi
4. Arah pergerakan air yg membawa bhn-bhn terlarut dari tempat yang
tinggi ke tempat yang rendah
Definisi dan pengertian dari Tanah adalah kumpulan tubuh alam yang
menduduki sebagian besar daratan planet bumi, yang mampu menumbuhkan tanaman
dan sebagai tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya. Tanah
mempunyai sifat yang mudah dipengaruhi oleh iklim, serta jasad hidup yang
bertindak terhadap bahan induk dalam jangka waktu tertentu.
Ilmu yang mempelajari tetang tanah adalah Pedologi, Di dalamnya ditinjau berbagai hal mengenai pembentukan tanah (pedogenesis), morfologi tanah (sifat dan ciri fisika dan kimia), dan klasifikasi tanah. Istilah ini dipinjam dari bahasa inggris,pedology, yang membentuknya dari dua kata bahasa Yunani: pedon ("tanah") dan logos ("lambang", "pengetahuan").
Istilah tubuh alam bebas adalah hasil pelapukan batuan yang menduduki sebagian besar daratan permukaan bumi, dan memiliki kemampuan untuk menumbuhkan tanaman, serta menjadi tempat mahluk hidup lainnya dalam melangsungkan kehidupannya.
Menurut pandangan dan pengertian yang diberikan oleh para ahli tanah adalah sebagai berikut :
1.
Tanah adalah bentukan alam, seperti
tumbuh-tumbuhan, hewan dan manusia, yang mempunyai sifat tersendiri dan
mencerminkan hasil pengaruh berbagai faktor yang membentuknya di alam.
2.
Tanah adalah sarana produksi tanaman
yang mampu menghasilkan berbagai tanaman.
Seorang Pedolog, melihat tanah sebagai lapisan kulit bumi yang lunak dan
gembur yang berasal dari batuan induk. Tanah mempunyai lapisan-lapisan yang
berbeda warna sampai ke dalam terdapat bagian keras yang sulit ditembus disebut
batuan induk.
Tanah mempunyai beberapa sifat yang menentukan kualitas tanah seperti sifat biologi, sifat fisik dan sifat kimia. Tanah bagian paling atas sering disebut top soil, selanjutnya ada lapisan-lapisan dibawahnya sehingga terbentuk profil tanah.
Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman karena perbedaan jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat dari tanah tersebut. Untuk memahami hubungan antara jenis tanah , diperlukan pengetahuan yang mampu mngelompokkan tanah secara sistematik sehingga dikenal banyak sekali sistem klasifikasi yang berkembang. Untuk mempelajari hubungan antar jenis tanah maka sistem klasifikasi tanah dibagi menjadi sistem klasifikasi alami dan sistem klasifikasi teknis (Sutanto, 2005).
Klasifikasi alami yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimiliki tanpa menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya. Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah yang dimiliki masing-masing kelas dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan bagi berbagai penggunaan tanah.
Tanah mempunyai beberapa sifat yang menentukan kualitas tanah seperti sifat biologi, sifat fisik dan sifat kimia. Tanah bagian paling atas sering disebut top soil, selanjutnya ada lapisan-lapisan dibawahnya sehingga terbentuk profil tanah.
Jenis tanah merupakan salah satu faktor penting dalam pertumbuhan tanaman karena perbedaan jenis tanah mempengaruhi sifat-sifat dari tanah tersebut. Untuk memahami hubungan antara jenis tanah , diperlukan pengetahuan yang mampu mngelompokkan tanah secara sistematik sehingga dikenal banyak sekali sistem klasifikasi yang berkembang. Untuk mempelajari hubungan antar jenis tanah maka sistem klasifikasi tanah dibagi menjadi sistem klasifikasi alami dan sistem klasifikasi teknis (Sutanto, 2005).
Klasifikasi alami yakni klasifikasi tanah yang didasarkan atas sifat tanah yang dimiliki tanpa menghubungkan sama sekali dengan tujuan penggunaannya. Klasifikasi ini memberikan gambaran dasar terhadap sifat fisik, kimia dan mineralogi tanah yang dimiliki masing-masing kelas dan selanjutnya dapat digunakan sebagai dasar pengelolaan bagi berbagai penggunaan tanah.
Sebaran Penis
Tahan di Dunia
Klasifikasi teknis yakni klasifikasi tanahyang didasarkan atas sifat-sifat tanah yang mempengaruhi kemampuan untuk penggunaan tertentu. Misalnya, untuk menanam tanaman semusim, tanah diklasifikasikan atas dasar sifat-sifat tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman semusim seperti kelerengan, tekstur, pH dan lain-lain. Dalam praktiknya untuk mempelajari jenis tanah maka sistem klasifikasi yang digunakan adalah sistem klasifikasi alami.
Pada awalnya jenis tanah dikalsifikasikan
berdasarkan prinsip zonalitas, yaitu :
·
Tanah zonal, yakni tanah dengan faktor
pembentuk tanah berupa iklim dan vegetasi,
·
Tanah intrazonal, yakni tanah dengan
faktor pmbentuk tanah berupa faktor lokal terutama bahan induk dan relief,
·
Tanah azonal, yakni tanah yang belum
mennjukkan perkembangan profil dan dianggap sebagai awal proses pembentukan
tanah.
Kemudian dalam perkembangannya jenis
tanah diklasifikasikan berdasarkan sifat tanah (taksonomi tanah). Sistem ini
pertama kali dikembangkan oleh USDA (United State Departement of Agriculture)
pada tahun 1960 yang dikenal dengantujuh pendekatan dan sejak tahun 1975
dikenal dengan nama taksonomi tanah. Sistem ini bersifat alami berdasarkan
karakteristik tanah yang teramati dan terukur yang dipengaruhi oleh proses
genesis. Berdasarkan ada tidaknya horizon penciri dan sifat penciri lainnya
maka dalam taksonomi tanah dibedakan atas enam kategori yakni ordo, subordo,
greatgroup, subgroup, family dan seri. Pada edisi Taksonomi tanah tahun 1998
terdapat 12 ordo jenis tanah. Keduabelas ordo tersebut adalah Alfisols,
Andisols, Aridisols, Entisols, Gelisols, Histosols, Inceptisols, Mollisols,
Oxisols, Spodosols, Ultisols dam Vertisols.
Macam-macam tanah
1.
Alfisols. Tanah yang mempunyai epipedon okrik dan horzon argilik dengan kejenuhan
basa sedang sampai tinggi. Pada umumnya tanah tidak kering. Jenis tanah yang
ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah half-bog, podsolik merah kuning
dan planosols.
2.
Andisols. Merupakan jenis tanah yang ketebalannya mencapai 60%, mempunyai sifat
andik. Tanah yang ekuivalen dengan tanah ini adalah tanah andosol.
3.
Aridisol. Tanah yang berada pada regim kelengasan arida atau tanah yang rgim
kelengasan tanahnya kering. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah coklat (kemerahan) dan tanah arida (merah).
4.
Entisols. Tanah yang belum menunjukkan perkembangan horizon dan terjadi pada bahan
aluvian yang muda. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah
aluvial, regosol dn tanah glei humus rendah.
5.
Gelisols. Merupakan jenis tanah yang memiliki bahan organik tanah. Jenis ini tidak
dijumpai di Indonesia
6.
Histosols. Tanah yang mengandung bahan organik dari permukaan tanah ke bawah, paling
tipis 40 cm dari permukaan. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah
tanah bog dan tanah gambut.
7.
Inceptisols. Merupakan jenis tanah di wilayah humida yang mempunyai horizon
teralterasi, tetapi tidak menunjukkan adanya iluviasi, eluviasi dan pelapukan
yang eksterm. Jenis tanah ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brown
forest, glei humik dan glei humik rendah.
8.
Mollisols. Tanah yang mempunyai warna kelam dengan horizon molik di wilyah stepa.
Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah tanah brunizem, tanah
rendzina.
9.
Oxisols. Tanah yang memiliki horizon oksik pada kedalaman kurang dari 2 meter
dari permukaan tanah. Tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah jenis
tanah laterik.
10.
Spodosols. Tanah yang memiliki horizon spodik dan memiliki horizon eluviasi. Jenis
tanah yang ekuivalen dengan jenis tanah ini adalah podsolik.
11.
Ultisols. Tanah yang memiliki horizon argilik dengan kejenuhan basa rendah (<
35%) yang menurun sesuai dengan kedalaman tanah. Tanah yang sudah berkembang
lanjut dibentangan lahan yang tua. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis
tanah ini adalah tanah laterik coklat-kemerahan dan tanah podsolik merah-
kuning.
12.
Vertisols. Tanah lempung yang dapat mengembang dan mengerut. Dalam keadaan kering
dijumpai retkan yang lebar dan dalam. Jenis tanah yang ekuivalen dengan jenis
tanah ini adalah tanah grumosol.
Di Indonesia jenis tanah yang umumnya
dijumpai adalah jenis tanah Mollisols, Vertisols, Andisols, Alfisols,
Inceptisols, Ultisols, Oksisols dan Spodosols. Jenis tanah yang paling banyak
ditemui adalah jenis tanah Ultisols yang mencapai 16.74% dari luas lahan yang
ada di Indonesia (Sutanto, 2005).
Ada beberapa faktor penting yang
mempengaruhi proses pembentukan tanah antara lain:
• Iklim
Unsur-unsur iklim yang utama mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah Suhu dan Curah Hujan.
• Iklim
Unsur-unsur iklim yang utama mempengaruhi proses pembentukan tanah adalah Suhu dan Curah Hujan.
• Organisme (vegetasi, jasad renik)
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah seperti:
a. Membuat proses pelapukan
b. Membantu proses pembentukan humus
c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah hal ini terlihat pada daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika
d. Memiliki kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah.
Organisme sangat berpengaruh terhadap proses pembentukan tanah seperti:
a. Membuat proses pelapukan
b. Membantu proses pembentukan humus
c. Pengaruh jenis vegetasi terhadap sifat-sifat tanah hal ini terlihat pada daerah beriklim sedang seperti di Eropa dan Amerika
d. Memiliki kandungan unsur-unsur kimia yang terdapat pada tanaman berpengaruh terhadap sifat-sifat tanah.
• Bahan induk
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
• Topografi atau relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi tebal atau tipisnya lapisan tanah.
Bahan induk terdiri atas batuan vulkanik, batuan beku, batuan sedimen dan batuan metamorf.
• Topografi atau relief
Keadaan relief suatu daerah akan memengaruhi tebal atau tipisnya lapisan tanah.
• Waktu
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus.
Tanah merupakan benda alam yang terus menerus berubah, akibat pelapukan dan pencucian yang terus menerus.
KONSEP PEDON DAN
PROFIL TANAH
A. Konsep Pedon dan polipedon
Tanah dalam disiplin ilmu tanah adalah sekumpulan tubuh alam terletak di
permukaan bumi, yang kadang diubah atau diusahakan oleh manusia sebagai lahan
usaha tani, merupakan media alam sebagai tempat pertumbuhan tanaman dan biologi
lainnya. Batasan terkecil untuk tanah sukar ditentukan, apabila ditentukan
secara ekstrim, hasil yang akan dicapai menjadi aneh secara ilmiah. Apabila
tanah sudah mempunyai struktur, maka tanah di bagian permukaan struktur dan
tanah di bagian dalam struktur akan berbeda. Apabila tanah tidak berstruktur
akan sangat sulit untuk menentukannya. Konsep pedon memberikan salah satu
pemecahan dan memberikan satuan yang jelas untuk melakukan deskripsi dan
pengambilan contoh tanah.
1. Pedon
Pedon adalah suatu area terkecil dari tanah yang harus kita deskripsi dan
lakukan pengambilan contoh tanahnya sebagai pewakil dari satuan tanah yang ada,
yang keadaan susunan Horizon dan perbedaan sifat-sifatnya akan tercermin dari
contoh tanahnya. Pedon dapat disamakan seperti suatu sel dari kristal,
berbentuk tiga dimensi. Batas ke bawah agak sukar digambarkan antara tanah dan
bukan tanah. Dimensi lateralnya harus cukup lebar untuk menggambarkan keadaan
Horizon-Horizonnya dan perbedaanperbedaannya, apabila ada. Perbedaan-perbedaan
ini bisa dalam hal ketebalannya atau susunannya, mungkin juga terjadi secara
terputus-putus. Suatu pedon meliputi area berkisar antara 1 sampai 10 m5
tergantung dari variabilitas tanahnya.
2. Polipedon
Suatu tanah yang diklasifikasikan mempunyai tanah di sebelahnya (pedon)
yang tergabung membentuk suatu poligon besar yang mempunyai batasan seperti
suatu pulau, yaitu dengan kumpulan pedon lain yang sifat-sifatnya berbeda.
Kumpulan pedon yang sama dan membentuk suatu pulau ini disebut sebagai
polipedon.
Polipedon dibatasi oleh polipedon lain, dengan batas sifat-sifat polipedon
yang cukup nyata. Perbedaan-perbedaan ini bisa menyangkut keadaan dari
Horizon-Horizon apabila ada. Apabila Horizonnya tidak ada, perbedaannya adalah
terletak pada keadaan tanahnya. Keadaan Horizon atau tanah adalah menyangkut
komposisinya, termasuk mineralogi, struktur, konsistensi, tekstur dari Horizon,
dan juga rejim kelembapannya. Apabila warna sebagai penentu, maka warna juga
perlu disebutkan. Keadaan dari Horizon-Horizon yang dimaksud adalah keadaan
batas Horizon, ketebalannya, dan perbedaan antara Horizon-Horizon atau
subHorizon.
Oleh karena itu batasan dari polipedon ini secara konsepsional awal, sama
dengan batasan dari seri tanah, yaitu yang merupakan kategori terendah dari
sistem klasifikasi taksonomi tanah. Dengan demikian, maka setiap polipedon
dapat diklasifikasikan ke dalam seri tanah, hanya saja bahwa seri tanah
mempunyai selang sifat yang lebih lebar daripada polipedon. Polipedon mempunyai
luasan minimum >1 m5 dan maksimumnya tidak terbatas.
Pedon adalah suatu lajur tubuh tanah mulai dari permukaan lahan sampai batas terbawah (bahan induk tanah). Pedon merupakan volume terkecil yang dapat disebut tanah dan mempunyai ukuran tiga dimensi. Luas pedon berkisar antara 1-10 m2. Kumpulan dari pedon-pedon disebut polipedon. Luas polipedon minimum 2 m2, sedangkan luas maksimumnya tidak terbatas. Profil tanah atau penampang tanah adalah bidang tegak dari suatu sisi pedon yang mencirikan suatu lapisan-lapisan tanah, atau disebut Horizon Tanah. Setiap horizon tanah memperlihatkan perbedaan, baik menurut komposisi kimia maupun fisiknya. Kebanyakan horizon dapat dibedakan dari dasar warnanya. Perbedaan horizon tanah terbentuk karena dua faktor yaitu pengendapan yang berulang-ulang oleh genangan air atau pencucian tanah (leached) dan karena proses pembentukan tanah. Proses pembentukan horizon-horizon tersebut akan menghasilkan benda alam baru yang disebut tanah. Adapun yang dimaksud solum adalah kedalaman efektif tanah yang masih dapat dijangkau oleh akar tanaman. Horizon-horizon yang menyusun profil tanah berturut-turut dari atas ke bawah adalah horizon O, A, B, C, dan D atau R (Bed Rock).
B. PROFIL
TANAH
Tanah adalah lapisan
nisbi tipis pada permukaan kulit. Tanah bervariasi dari satu tempat ke tempat yang
lain, karena keaneka ragaman ini, maka tanah dapat dipandang sebagai kumpulan
individu-individu tanah. Pementukan tanah dari bongkahan bum mulai dari
proses-proses pemecahan atau penghancura dimana bahan induk berkeping-keping
secara halus . Tiap tanah berkembang secara baik dan masih dalam keadaan
asli akan mempunyai sifat profil yang khas. Sifat-sifat ini yang dipakai dalam
klasifikasi dan penjarangan tanah yang sangat besar manfatnya dalam menentukan
pendapat tentang tanah dan sifat-sifat profil.
Tanah begitu berarti
bagi manusia sebagai sumber penghidupan manusia sehingga munculah istilah Soil
Science atau ilmu tanah yaitu ilmu yang berhubungan dengan tanah sebagai sumber
penghidupan pada permukaan bumi yang mencakup pembentukan tanah serta klasifikasi
dan pemetaan berdasarkan sifat-sifat fisika, kimia hayati dan kesuburan tanah
dimana sifat-sifat ini berkaitan dengan pengolahan bagi produksi tanaman.
Pengenalan tanah di
lapangan dilakukan dengan mengamati menjelaskan sifat-sifat profil tanah. Profil
tanah adalah urutan-urutan horison tanah, yakni lapisan-lapisan tanah yang
dianggap sejajar permukaan bumi. Profil tanah dipelajari menggali tanah dengan
dinding lubang vertikal kelapisan yang lebih bawah.
Profil tanah merupakan
suatu irisan melintang pada tubuh tanah, dibuat dengan cara membuat lubang
dengan ukuran panjang dan lebar serta kedalaman tertentu sesuai dengan keadaan
tanah dan keperluan penelitian. Tanah merupakan tubuh alam yang terbentuk dan
berkembang akibat terkena gaya-gaya alam (natural forces) terhadap proses
pembentukan mineral. Pembentukan dan pelapukan bahan-bahan organik pertukaran
ion-ion, pergerakan dan pencucian bahan-bahan koloid (Buckman, 1982).
Tekstur tanah
menunjukkan kasar halusnya dari fraksi tanah halus. Berdasar atas
perbandingan anyaknya butir-butir pasir, debu, liat maka tanah dikelompokkan
kedalam beberapa kelas tekstur. Dalam klasifikasi tanah tingkat famili kasar
halusnya tanah ditunjukkan dalam kelas sebaran besar butir yan mencakup seluruh
tanah. Kelas besar butir merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah
tetapi dengan memperhatikan pula banyaknya fragmen batuan atau fragsi tanah
yang lebih besar dari pasir. Tanah-tanah bertekstur liat ukuran butienya lebuh
halus maka setiap satuan berat mempunyai luas luas permukaan yang lebih besar
sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah yang
bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar
(Hardjowigeno,2003)
Struktur tanah
merupakan gumpalan kecil dari butir-butir tanah. Gumpalan struktur ini terjadi
karena butir pasir, debu, liat terikat satu sama lain oleh suatu perekat
seperti bahan organik oksida-oksida besi dan lain-lain. Tingkat perkembangan
struktur ditentukan berdasarkan atas kemantapan atau ketahanan bentuk struktur
tanah tersebut terhadap tekanan. Didaerah curah hujan tinggi seperti pada
profil dalam dan dangkal umunya ditemukan struktur remah atau granular
dipermukaan dan gumpal di horison bawah. Hal ini sesuai dengan jenis tanah dan
tingkat kelembaban tanah. Tanah-tanah dipermukaan banyak mengandung humus
biasanya mempunyai tingkat perkembangan yang kuat (Pairunan, 1983).
Warna tanah merupakan
petujuk beberapa sifat tanah, karena warna tanah dipengaruhi oleh beberapa
faktor yang terdapat dalam tanah tersebut. Penyebab perbedaan warna permukaan
tanah pada umumnya oleh perbedaan bahan organik. Makin tinggi kandungan bahan
organik, warna tanah makin gelap. Bahan organik memberi warna kelabu, kelabu
tua atau coklat tua pada tanah kecuali bila bahan dasarnya tertentu sperti
oksida dan besi atau penimbunan garam memodifikasi warna. Akan tetapi banyak
tanah tropika dengan kandungan oksida (hematit) yang tiggi berwarna merah, bahkan
dengan sejumlah besar bahan organik (Nurhayati, 1986).
Batas lapisan dengan
lapisan lainnya dalam suatu profil tanah dapat terlihat jelas atau baur. Dalam
pengamatan di lapangan ketajaman peralihan lapisan-lapisan ini dibedakan
kedalam beberapa tingkatan yaitu nyata (lebar peralihan kurang dari 2,5 cm),
jelas (lebar peralihan 2,5 – 6,5 cm) dan baur (lebar peralihan lebih dari
12,5 cm). disamping itu entuk topografi dari batas horison tersebut dapat rata,
berombak, tidak teratur atau terputus (Foth, 1988).
Karatan merupakan
hasil pelapukan batuan tanah yang di pengaruhi oleh adhesi dan kohesi. Karatan
berwarna hitam mengandung banyak mangan (Mg) sedangkan berwarna merah
mengandung besi (Fe). Karatan merupakan hasil reaksi oksidasi dan reduksi dalam
tanah. Karatan menunjukkan hasil reaksi oksidasi dan reduksi dalam tanah.
Karatan menunjukkan bahwa udara masih dapat kedalam tanah setempat sehingga
terjadi oksidasi ditempat tersebut dan terbentuk senyawa-senywa Fe3+ yang
berwarna merah. Bila air tida pernah menggenang tata udara dalam tanah selalu
baik, maka seluruh profil tanah dalam keaadaan oksidasi (Fe3+) oleh
karena itu umumnya berwarna merah atau coklat. (Foth, 1988).
WARNA TANAH
Warna tanah merupakan petunjuk untuk beberapa sifat tanah. Penyebab perbedaan warna permukaan tanah umumnya terjadi karena perbedaan kandungan bahan organik. Semakin tinggi kandungan bahan organik berarti semakin gelap warna tanah. Warna tanah disusun oleh tiga jenis variabel, yaitu sebagai berikut:
• Hue
Warna spektrum yang dominan sesuai dengan panjang gelombangnya.
• Value
Menunjukkan kecermelangan cahaya.
Menunjukkan kecermelangan cahaya.
• Chroma
Menunjukkan kemurnian relatif panjang gelombang cahaya dominan.
Warna tanah dapat ditentukan dengan membandingkan warna baku pada buku Munsell Soil Colur Chart dengan warna tanah. Warna tanah akan berbeda bila tanah dalam keadaan basah, lembab, atau kering.
Menunjukkan kemurnian relatif panjang gelombang cahaya dominan.
Warna tanah dapat ditentukan dengan membandingkan warna baku pada buku Munsell Soil Colur Chart dengan warna tanah. Warna tanah akan berbeda bila tanah dalam keadaan basah, lembab, atau kering.
STRUKTUR DAN TEKSTUR
TANAH
Struktur Tanah merupakan gumpalan-gumpalan kecil dari tanah akibat melekatnya butir-butir tanah satu sama lain. Struktur tanah memiliki bentuk yang berbeda-beda yaitu sebagai berikut:
1. Lempeng (Platy), ditemukan di horizon A.
2. Prisma (Prosmatic), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
3. Tiang (Columnar), ditemukan di horizon B pada daerah iklim kering.
4. Gumpal bersudut (Angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
5. Gumpal membulat (Sub angular blocky), ditemukan pada horizon B pada daerah iklim basah.
6. Granuler (Granular), ditemukan pada horizon A.
7. Remah (Crumb), ditemukan pada horizon A.
Tekstur Tanah menunjukkan kasar halusnya tanah yang didasarkan atas perbandingan banyaknya butir-butir pasir, debu, dan liat di dalam tanah. Untuk menentukan tekstur tanah terdapat 12 kelas dalam segi tiga tekstur tanah.
SISTEM KLASIFIKASI
TANAH
Sistem klasifikasi tanah (alami) yang ada di dunia ini terdiri atas berbagai macam. Sebab banyak negara yang menggunakan sistem klasifikasi yang dikembangkan sendiri oleh negara tersebut. Nama golongan tanah dengan membubuhkan kata sol merupakan singkatan dari kata latin solum.
JENIS-JENIS TANAH DI
INDONESIA
Indonesia adalah negara kepulauan dengan
daratan yang luas dengan jenis tanah yang berbeda-beda. Berikut ini adalah 8
jenis tanah yang ada di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
1. Tanah Humus
1. Tanah Humus
Tanah humus adalah tanah yang sangat subur terbentuk dari lapukan daun dan batang pohon di hutan hujan tropis yang lebat.
2. Tanah Pasir
Tanah pasir adalah tanah yang bersifat kurang baik bagi pertanian yang terbentuk dari batuan beku serta batuan sedimen yang memiliki butir kasar dan berkerikil.
3. Tanah Alluvial / Tanah Endapan
Tanah aluvial adalah tanah yang dibentuk dari lumpur sungai yang mengendap di dataran rendah yang memiliki sifat tanah yang subur dan cocok untuk lahan pertanian.
4. Tanah Podzolit
Tanah podzolit adalah tanah subur yang umumnya berada di pegunungan dengan curah hujan yang tinggi dan bersuhu rendah / dingin.
5. Tanah Vulkanik / Tanah Gunung Berapi
Tanah vulkanis adalah tanah yang terbentuk dari lapukan materi letusan gunung berapi yang subur mengandung zat hara yang tinggi. Jenis tanah vulkanik dapat dijumpai di sekitar lereng gunung berapi.
6. Tanah Laterit
Tanah laterit adalah tanah tidak subur
yang tadinya subur dan kaya akan unsur hara, namun unsur hara tersebut hilang
karena larut dibawa oleh air hujan yang tinggi. Contoh : Kalimantan Barat dan
Lampung.
7. Tanah Mediteran / Tanah Kapur
7. Tanah Mediteran / Tanah Kapur
Tanah mediteran adalah tanah sifatnya tidak subur yang terbentuk dari pelapukan batuan yang kapur. Contoh : Nusa Tenggara, Maluku, Jawa Tengah dan Jawa Timur.
8. Tanah Gambut / Tanah Organosol
Tanah organosol adalah jenis tanah yang kurang subur untuk bercocok tanam yang merupakan hasil bentukan pelapukan tumbuhan rawa. Contoh : rawa Kalimantan, Papua dan Sumatera.
Interaksi antara faktor-faktor pembentuk
tanah akan menghasilkan tanah dengan sifat-sifat yang berbeda. Berdasarkan pada
faktor pembentuk dan sifat tanah inilah, beberapa ahli mengklasifikasikan tanah
dengan klasifikasi yang berbeda.
Tingkat kategori yang sudah banyak
dikembangkan dalam survei dan pemetaan tanah di Indonesia, yaitu tingkat
kategori jenis (great soil group). Klasifikasi jenis-jenis tanah pada tingkat
tersebut sering digunakan untuk mengelompokkan tanah di Indonesia
Tanah Organosol atau Tanah Gambut
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk organik dari hutan rawa,
mempunyai ciri warna cokelat hingga kehitaman, tekstur debulempung,
tidak berstruktur, konsistensi tidak lekat sampai dengan agak lekat, dan kandungan unsur hara rendah. Tanah ini terbentuk karena adanya proses pembusukan dari sisa-sisa tumbuhan rawa. Banyak terdapat di rawa Sumatra, Kalimantan, dan Papua, kurang baik untuk pertanian maupun perkebunan karena derajat keasaman tinggi.
Tanah Aluvial
Jenis tanah ini masih muda, belum mengalami perkembangan. Bahannya berasal dari material halus yang diendapkan oleh aliran sungai. Oleh karena itu, tanah jenis ini banyak terdapat di daerah datar sepanjang aliran sungai
Tanah Regosol
Tanah ini merupakan endapan abu vulkanik baru yang memiliki butir kasar. Penyebaran terutama pada daerah lereng gunung api. Tanah ini banyak terdapat di daerah Sumatra bagian timur dan barat, Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.
Tanah Litosol
Tanah litosol merupakan jenis tanah
berbatu-batu dengan lapisan tanah yang tidak begitu tebal. Bahannya berasal
dari jenis batuan beku yang belum mengalami proses pelapukan secara sempurna.
Jenis tanah ini banyak ditemukan di lereng gunung dan pegunungan di seluruh
Indonesia.
Tanah Latosol
Latosol tersebar di daerah beriklim
basah, curah hujan lebih dari 300 mm/tahun, dan ketinggian tempat berkisar
300–1.000 meter. Tanah ini terbentuk dari batuan gunung api kemudian mengalami
proses pelapukan lanjut.
Tanah Grumusol
Jenis ini berasal dari batu kapur, batuan lempung, tersebar di daerah iklim subhumid atau subarid, dan curah hujan kurang dari 2.500 mm/tahun.
Tanah Podsolik
Tanah ini berasal dari batuan pasir kuarsa, tersebar di daerah beriklim basah tanpa bulan kering, curah hujan lebih 2.500 mm/ tahun. Tekstur lempung hingga berpasir, kesuburan rendah hingga sedang, warna merah, dan kering.
Tanah Podsol
Jenis tanah ini berasal dari batuan
induk pasir. Penyebaran di daerah beriklim basah, topografi pegunungan,
misalnya di daerah Kalimantan Tengah, Sumatra Utara, dan Papua Barat. Kesuburan
tanah rendah
Tanah Andosol
Tanah jenis ini berasal dari bahan induk
abu vulkan. Penyebaran di daerah beriklim sedang dengan curah hujan di atas
2.500 mm/ tahun tanpa bulan kering. Umumnya dijumpai di daerah lereng atas
kerucut vulkan pada ketinggian di atas 800 meter. Warna tanah jenis ini umumnya
cokelat, abu-abu hingga hitam.
Tanah Mediteran Merah Kuning
Tanah jenis ini berasal dari batuan
kapur keras (limestone). Penyebaran di daerah beriklim subhumid, topografi
karst dan lereng vulkan dengan ketinggian di bawah 400 m. Warna tanah cokelat
hingga merah. Khusus tanah mediteran merah kuning di daerah topografi karst
disebut ”Terra Rossa”.
Hidromorf Kelabu
Jenis tanah ini perkembangannya lebih
dipengaruhi oleh faktor lokal yaitu topografi yang berupa dataran rendah atau
cekungan, hampir selalu tergenang air, dan warna kelabu hingga kekuningan.
KERUSAKAN TANAH DAN
DAMPAK BAGI KEHIDUPAN
Kerusakan Tanah Pertanian Akibat Erosi
Penggunaan lahan tanpa diimbangi dengan
upaya konservasi dan perbaikan kondisi lahan akan menyebabkan degradasi lahan.
Lahan di daerah hulu dengan lereng curam yang hanya sesuai untuk hutan, apabila
mengalami alih fungsi menjadi lahan pertanian tanaman semusim akan rentan
terhadap bencana erosi dan atau tanah longsor. Perubahan penggunaan lahan
miring dari vegetasi permanen (hutan) menjadi lahan pertanian intensif
menyebabkan tanah menjadi lebih mudah terdegradasi oleh erosi tanah. Praktek
penebangan dan perusakan hutan (deforesterisasi) merupakan penyebab utama
terjadinya erosi di kawasan daerah aliran sungai (DAS).
Penurunan produktivitas usaha tani
secara langsung akan diikuti oleh penurunan pendapatan petani dan kesejahteraan
petani. Disamping menyebabkan ketidak-berlanjutan usaha tani di wilayah hulu,
kegiatan usaha tani tersebut juga menyebabkan kerusakan sumber daya lahan dan
lingkungan di wilayah hilir, yang akan menyebabkan ketidak-berlanjutan beberapa
kegiatan usaha ekonomi produktif di wilayah hilir akibat terjadinya pengendapan
sedimen, kerusakan sarana irigasi, bahaya banjir dimusim penghujan dan
kekeringan dimusim kemarau.
Pencemaran Agrokimia
Tingkat pencemaran dan kerusakan
lingkungan di lingkungan pertanian dapat disebabkan karena penggunaan agrokimia
(pupuk dan pestisida) yang tidak proporsional.
Dampak negatif dari penggunaan agrokimia
antara lain berupa pencemaran air, tanah, dan hasil pertanian, gangguan kesehatan
petani, menurunnya keanekaragaman hayati, ketidak berdayaan petani dalam
pengadaan bibit, pupuk kimia dan dalam menentukan komoditas yang akan ditanam.
Penggunaan pestisida yang berlebih dalam
kurun yang panjang, akan berdampak pada kehidupan dan keberadaan musuh alami
hama dan penyakit, dan juga berdampak pada kehidupan biota tanah. Hal ini
menyebabkan terjadinya ledakan hama penyakit dan degradasi biota tanah.
Penggunaan pupuk kimia yang
berkonsentrasi tinggi dan dengan dosis yang tinggi dalam kurun waktu yang
panjang menyebabkan terjadinya kemerosotan kesuburan tanah karena terjadi
ketimpangan hara atau kekurangan hara lain, dan semakin merosotnya kandungan
bahan organik tanah.
Akibat dari ditinggalkannya penggunaan
pupuk organik berdampak pada penyusutan kandungan bahan organik tanah. Sistem
pertanian bisa menjadi sustainable (berkelanjutan) jika kandungan bahan organik
tanah lebih dari 2%. Bahan organik tanah disamping memberikan unsur hara
tanaman yang lengkap juga akan memperbaiki struktur tanah, sehingga tanah akan
semakin remah. Namun jika penambahan bahan organik tidak diberikan dalam jangka
panjang kesuburan fisiknya akan semakin menurun.
Pencemaran Industri
Pencemaran dan kerusakan lingkungan di
lingkungan pertanian dapat juga disebabkan karena kegiatan industri.
Pengembangan sektor industri akan berpotensi menimbulkan dampak negatip
terhadap lingkungan pertanian kita, dikarenakan adanya limbah cair, gas dan
padatan yang asing bagi lingkungan pertanian. Dampak yang ditimbulkan dapat
berupa gas buang seperti belerang dioksida (SO2) akan menyebabkan terjadinya
hujan asam dan akan merusak lahan pertanian. Disamping itu, adanya limbah cair
dengan kandungan logam berat beracun (Pb, Ni, Cd, Hg) akan menyebabkan
degradasi lahan pertanian dan terjadinya pencemaran dakhil. Limbah cair ini apa
bila masuk ke badan air pengairan, dampak negatifnya akan meluas sebarannya.
Penggalakan terhadap program kali bersih dan langit biru perlu dilakukan, dan
penerapan sangsi bagi pengusaha yang mengotori tanah, air dan udara.
Pertambangan dan Galian
Usaha pertambangan besar sering
dilakukan diatas lahan yang subur atau hutan yang permanen. Dampak negatif
pertambangan dapat berupa rusaknya permukaan bekas penambangan yang tidak
teratur, hilangnya lapisan tanah yang subur, dan sisa ekstraksi (tailing) yang
akan berpengaruh pada reaksi tanah dan komposisi tanah. Sisa ektraksi ini bisa
bereaksi sangat asam atau sangat basa, sehingga akan berpengaruh pada degradasi
kesuburan tanah.
Semakin meningkatnya kebutuhan akan
bahan bangunan terutama batu bata dan genteng, akan menyebabkan kebutuhan tanah
galian juga semakin banyak (galian C). Tanah untuk pembuatan batu bata dan
genteng lebih cocok pada tanah tanah yang subur yang produktif. Dengan dipicu
dari rendahnya tingkat keuntungan berusaha tani dan besarnya resiko kegagalan,
menyebabkan lahan-lahan pertanian banyak digunakan untuk pembuatan batu bata,
genteng dan tembikar. Penggalian tanah sawah untuk galian C disamping akan
merusak tata air pengairan (irigasi dan drainase) juga akan terjadi kehilangan
lapisan tanah bagian atas (top soil) yang relatif lebih subur, dan meninggalkan
lapisan tanah bawahan (sub soil) yang kurang subur, sehingga lahan sawah akan
menjadi tidak produktif.
PENCEMARAN TANAH
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah
lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran
limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan
pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan
sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah;
air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung
dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia
dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang
masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat
beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika
bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Menurut Peraturan Pemerintah RI No.
150 tahun 2000 tentang Pengendalian kerusakan tanah untuk
produksi bio massa: “Tanah adalah salah atu komponen lahan berupa lapisan teratas kerak bumi yang terdiri dari bahan mineral dan bahan organik serta mempunyai sifat fisik, kimia, biologi, dan mempunyai kemampuan menunjang kehidupan manusia dan makhluk hidup lainnya.”
|
FAKTOR YANG
DIPENGARUHI OLEH STRUKTUR TANAH
- Pergerakan air
Pergerakan air dibagi menjadi 3, yaitu:
• Prokolasi PERKOLASI adalah pergerakan air didalam tanah
• Inviltrasi adalah pergerakan air dipermukaan tanah sebelum mencapai tanah bagian dalam.
• Limpasan adalah atau disebut juga run off = air langsung mengalir kebawah.
Pergerakan air ini merupakn salah satu faktor yang dipengaruhi oleh struktur tanaman. Apabila struktur tanah memiliki banyak pori maka pergerakan air cenderung menuju ke pusat gravitasi dan kemungkinan untuk terjadi limpasan sangatlah kecil. Begitupun sebaliknya apabila struktur tanah tersebut memiliki sedikit pori dan tidak teguh maka pergerakan air cenderung akan mengalami limpasan/ run off.
• Ukuran
Ukuran struktur dibedakan dalam 5 kelas, yakni:
sangat halus, halus, sedang, kasar/besar, dan sangat besar. Batas ukuran dari kelas tersebut berbedamenurut bentuk struktur.
Ukuran masing-masing kelas menurut bentuk struktur tanah (mm)
Kelas
Lempeng*)
Prisma dan Tiang
Gumpal
Kersai
Sangat halus <1 <10 <5 10 >100 >50 >10
*) Dalam deskripsi, tipis digunakan sebagai pengganti halus, dan tebal sebagai kasar.
• Kemantapan agregat
Ketahanan rata- rata agregat tanah melawan pendispersi oleh benturan tetes air hujan atau penggenangan air. Kemantapan tergantung pada ketahanan jonjot tanah melawan daya dispersi air dan kekuatan sementasi atau pengikatan. Struktur tanah disyarati oleh tekstur, adanya bahan organik dan bahan-bahan perekat lain serta nisbah atau perbandingan antara berbagai kation yang ada dalam tanah. Struktur tanah berpengaruh penting atas regim udara dan air dalam tanah, antara hidrolik dan konsekuensinya yang berpengaruh atas pertumbuhan akar dan kegiatan biologi dalam tanah.
• Konsistensi
Derajat kohesi dan adhesi antara partikel-partikel tanah dan ketahanan massa tanah terhadap perubahan bentuk oleh tekanan dan berbagai kekuatan yang mempengaruhi bentuk tanah. Kosistensi ditentukan oleh tekstur tanah dan struktur tanah. Cara penentuan
• Lapangan : Memijat tanah dalam kondisi kering, lembab, dan basah
• Laboratorium : angka-angka Atterberg
• Perakaran
Perakaran selain menjadi factor yang mempengaruhi struktur tanah, perakaran juga merupakan salah satu faktor yang dipengaruhi oleh struktur tanah. System perakaran tanah akan lebih bagus dengan kata lain akan lebih berkembang baik jika struktur tanahnya juga tidak terlalu memadat seperti kubus atau prisma. System perakaran dalam tanah akan lebih berkembang baik jika terletak pada struktur tanah yang kersai atau remah.
• Erosi
Erosi juga merupakan faktor yang dipengaruhi oleh struktur tanah. Jika struktur tanah itu cenderung tipis dan tidak teguh maka erosi yang ditimbulkan akan semakin besar. Begitupun sebaliknya, jika struktur tanah itu cenderung tebal dan keras maka kemungkinan erosi yang terjadi cenderung sedikit atau bahkan tidak ada.
• Porositas
Porositas atau jumlah ruang pori yang terdapat didalam tanah merupakan salah satu faktor yang dipengaruhi oleh struktur tanah. Semakin padat dan keras struktur tanah maka porositasnya semakin sedikit dan berkurang sebaliknya, semakin remahnya struktur tanah maka porositsnya semakin banyak
Komentar
Posting Komentar